حدّثنامحمّد بن رمْحٍ الْمصْرِ يُّ، أنْبأَ نَا اللّيْثُ بْن سَعْدٍ عَنْ يَزِيْد بن أبيْ حَبِيْبٍ، عن عَبْدِالله بن رَاشِدٍ الزَوْفِيِّ، عن بن أَبِيْ مُرّة الزَّوْفِيِّ عن خَارِجَةُ ابن خُذَافَةْ العَدَوِيِّ: قال: حَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صل الله عليه وسلم فقال:
,, أِنَ الله قَدْ أمَدَّكُمْ بِصَلاَةِ، لَهِيَ خَيْرٌلَكُمْ مِنْ خُمْرِالنَّعَم، الوِتْرُ، جَعَلَهُ الله لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ العِشَاءِ أِلَى أَنْ يَطْلُعُ الفَجْرُ.
TERJEMAHAN
SHALAT WITIR
“Mengabarkan kepada kami
Muhammad bin Rumh-Al-Mishriy, memberitakan kepada kami Al-Laits bin Sa’ed, dari
yazid bin Habibi, dari ‘Abullah bin Rosyid Az-Zaufiy, dari ‘Abdullah bin Abu
murah Az-Zaufiy, dari khorijah bin Hudzafah Al-‘Adawiy, dia berkata Nabi SAW,
keluar berhaapan dengan kami, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah
telah menolong kalian dengan shalat, yang dia itu –yakni shalat- lebih baik
daripada unta yang berwarna merah –yakni harta benda orang arab yang paling
utama, shalat witir, Allah menjadikannya untuk kamu sekalian di dalam antara
shalat ‘isya hingga fajar menyingsing”.[1]
A. PEMBAHASAN
Langkah-langkah Penelitian
1. Takhrijul
Hadits
Kegiatan Takhrijul haditsbbi lafzi (penelusuran hadits melalui
lafaz) dengan menggunakan Mu’jam Al Mufahros II Al Hafizh al Hadits al Nabawi
karangan dari Dr.AJ Wensick (di terjemahkan dalam bahasa arab oleh Muhammad
Fuad Al Baqi).
a. Kitab
Mu’jam al Mufahros II al hafizh al hadits al nabawi[2]
أِنَ الله قَدْ أمَدَّكُمْ بِصَلاَةِ
Dengan menggunakan modal lafal أمَدَّ maka dari itu, dapat ditelusuri dalam kamus yang memuat
lafal “shalat”, di dalam bagian tersebut terdapat petunjuk bahwa yang dicari
memiliki sumber sebagai
berikut :
1. Sunan
Abu Daud, Kitab Shalat Witir, Juz 1, hal 615
2. Sunan
Timidzi, Kitab Shalat Witir, Juz 1, hal 243
3. Sunan
Ibnu Majah, Kitab Iqamah, Juz 1, hal 367
4. Ad
Darimi, Kitab Shalat Witir, Juz 1, hal 380
b. Hadits-hadits
1. Sunan
Abu Daud[3]
حدّثنا أَبُوْالوَلِيْدِ الَّطِيَا لِسِيُّ وّقُيْبَةُ بن سَعْدٍ المَعْنَى قالا: حدّثنا اللّيْثُ، عنْ يَزِيْدَا بن أَبِيْ حَبِيْبٍ، عن عَبْدِالله بن رَاشِدٍ الزَوْفِيِّ، عن عَبْدِالله بن أَبِيْ مُرّة الزَّوْفِيِّ عن خَارِجَةَ ابن خُذَافَةْ، قال: أَبُوْ الْوَلِيْدِ العَدَوِيُّ: حَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوالله صلّ الله عليه وسلم فقال:
,, أِنَ الله قَدْ أمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ، وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ خُمْرِالنَّعَم، وَهِيَ الوِتْرُ، جَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ العِشَاءِ أِلَى طَلُوْعِ الفَجْرُ،،
2. Sunan
Timidzi[4]
حدّثنا قُتَيْبَةُ، حدّثنااللَّيْثُ بن سَعْدٍ، عنْ يَزِيْدَ بن أَبِيْ حَبِيْبٍ، عن عَبْدِالله بن رَاشِدٍ الزَوْفِيِّ، عن عَبْدِالله بن أَبِيْ مُرّة الزَّوْفِيِّ، عن خَارِجَةَ ابن خُذَافَةْ أنَّهُ قال: حَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوالله صلّ الله عليه وسلم، فقال:
,, أِنَ الله أمَدَّكُمْ بِصَلاَةَ هِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ خُمْرِالنَّعَم، الوِتْرُجَعَلَهُ الله لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ العِشَاءِ أِلَى أَنْ يَطْيلُعُ الفَجْرُ،،
3. Sunan Ibnu Majah[5]
حدّثنا محمّد بن رُمْحٍ الْمصْرِ يُّ أنْبأَ نَا اللّيْثُ بْن سَعْدٍ، عَنْ يَزِيْد بن أبيْ حَبِيْبٍ، عن عَبْدِالله بن رَاشِدٍ الزَوْفِيِّ، عن بن أَبِيْ مُرّة الزَّوْفِيِّ عن خَارِجَةُ ابن خُذَافَةْ العَدَوِيِّ: قال: حَرَجَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صل الله عليه وسلم فقال:
,, أِنَ الله قَدْ أمَدَّكُمْ بِصَلاَةِ، لَهِيَ خَيْرٌلَكُمْ مِنْ خُمْرِالنَّعَم الوِتْرُ، جَعَلَهُ الله لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ العِشَاءِ أِلَى أَنْ يَطْلُعُ الفَجْرُ.
4. Ad
Darimi[6]
حدّثنا أَبُوْالوَلِيْدِ الَّطِيَا لِسِيُّ ثنا اللّيْثُ هُوَ ابن سَعْدٍ ثنا يَزِيْدَا بن أَبِيْ حَبِيْبٍ، عن عَبْدِالله بن رَاشِدٍ الزَوْفِيِّ عن عَبْدِالله بن أَبِيْ مُرّة الزَّوْفِيِّ عن خَارِجَةَ ابن خُذَافَةْ العَدَوِيُّ قال: حَرَجَ عَلَيْنَا رَسُوالله صلّ الله عليه وسلم فقال: أِنَ الله قَدْ أمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ هِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ خُمْرِالنَّعَم، وَهِيَ الوِتْرُ، جَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ العِشَاءِ أِلَى يَطَلُوْعِ الفَجْرُ.
2. I’tibari Sanad Hadits
Kegiatan I’tibari sanad
hadits yaitu melakukan peninjauan lebih lanjut sanad-sanad, untuk mengetahui
pertemuan antara periwayat yang berstatus Mutabi’ atau syahid dan agar dapat
mengetahui dengan jelas seluruh struktur sanad hadits yang diteliti, demikian
juga nama-nama periwayat dan metode periwayat yang digunakan oleh masing-masing
periwayat, berikut ini adalah skema I’tibari sanad-sadan hadits yang diambil
dari kata أمَدَّ yang
dirujuk dari kamus Mu’jam Al Mufahros.
رَسُوالله صلّ الله عليه وسلم
|
خَارجة بن خُذَافة
عبدُالله بن أبِيْ مرّة الزٌوْفِيِّ
عبْدٌالله بن رَاشدٍ الزَّوْ فِيِّ
يَزِيْدِ بن أبِيْ حبيْبٍ
|
الٌليثُ بن سعْدٍ قُتيْبة
|
محمد بن رمْحٍ أبُو داوُد انبْن ماَجه
|
أبوْ الو ليْد
|
الدّ رميْ التِرْ ميْذي
3. Penelitian Sanad Hadits
Melakukan penelitian sanad
hadits dilakukan dengan cara menyertakan nama belakang setiap perawi dalam
takhrijul hadits dan mencocokkan nama guru dan muridnya, apakah bersambung atau
tidak. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian kritikus hadits untuk menentukan
hokum hadits tersebut.
a. Nama
lengkap para perawi beserta nama guru dan muridnya
Diambil dari kitab
Tahdzibul kamal, karangan Jamaludin Abi Hajaj Yusuf al-Mazi yaitu dengan
mencari nama-nama rawi dalam sanad takhrijul hadits sebagai
berikut :
1. Rawi
1 : Kharijah Ibnu Khudzafah
2. Rawi
2 :
‘Abdullah bin Abi Murrata Az-Zaufiyi
3. Rawi
3 :
‘Abdullah bin Raasyidin Az-Zaufiyi
4. Rawi
4 :
Yazid bin Abi Habibi
5. Rawi
5 :
Laits bin Sa’din
6. Rawi
6 :
Qhutaibah bin Sa’din
7. Rawi7(Mukharij):
Abu Dawud
Dalam Sanad ini, Susunan
Rawi tersebut terbalik yaitu :
1. Qhutaibah
bin Sa’din
Nama
Lengkap : Quthaibah
bin Sa’din bin Jamil bin ‘Abullah at Taqafiyyu[7]
Guru : Raasyidin
bin Sa’din, Laits bin Sa’din, Hammad bin Khalid, Khalid bin Zayid,
Tirmidzi [8]
Murid : Ahma
bin sa’iid ad Darimi, Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Bassya ra Nasai, ‘Abdullah bin
az Zubiro Khumadi,, ‘Abullah bin Quthaibah bin Sa’din, ‘Abdullah bin Muhammad
bin Sayyarulfar[9]
2. Laits
bin Sa’din
Nama
Lengkap : Laits
bin Sa’din bin ‘Aburrahman al Fahmiy[10]
Guru : Ja’far
bin Rabi’ah, Muhammad bin Yahya, Yazid bin Abi Habibi, Yazid bin ‘Abdullah bin
al Had, Abi Quthaibah Ma’afiriy[11]
Murid : Hajjaj
bin Muhammad, Syabaabah bin Sawwar, ‘Abdullah bin Raasyidin, Quthaibah bin
Sa’din[12]
3. Yazid
bin Abi Habibi
Nama Lengkap : Yazid
bin Abi Habibi Wamussaradi al Ardiyu Abu Rohaain al Misriyu Khalif bin Malik
bin Khisli bin ‘Amir bin Luayi[13]
Guru : Ibrahim
bin ‘Abullah bin Khunin, Aslama Abi ‘Umran at Tujubiy, Syufiy Hamdaiy, Daud bin
‘Umar bin Sa’din bin Abi Hamdani, Raasyidin bin Hamdal al Yafi’i [14]
Murid : Laits
bin Sa’din, ‘Umar bin al Khaq bin Yasir, Yazid bin Yusuf, Raasyiin bin Sa‘din,
Zayid bin Abi Anisaa al Jaziy[15]
4. ‘Adullah
bin Rasyidin
Nama
Lengkap : ‘Abdullah
bin Rasydin Az Zaufiy. Abuddhokhaqi al Misriy, Zaufa Qobil[16]
Guru : ‘Abdullah
bin Abi Murrata Az Zaufiy, Khorijah bin Khudzafah al ‘Adawiy[17]
Murid : Khalid
bin Yazid, Yazid bin Habibi[18]
5. ‘Abdullah
bin Abi Murrata
Nama
Lengkap : ‘Abdullah
bin Abi Murrata Az Zaufiy[19]
Murid : Kharijah
bin Khudzafah al ‘Adawiy[20]
b. Penilaian
Kritikus Hadits
Dalam Penelitian ini,
Penilaiaan dapat dilihat dari kitab Tahdzibul kamal, karangan Jamaludin Abi Hajaj
Yusuf al-Mazi yaitu sebagai berikut :
1. Qhutaibah
bin Sa’din
Pandangan
Kritikus : Ahmad
bin Abi Habibi berkata; Dia Siqoh, an Nasai berkata; Dia Shouq, Ibnu Khirasyin
berkata; Dia Shaduq[21]
2. Laits
bin Sa’din
Pandangan
Kritikus : Hanbal bin
Ishaq berkata; Dia lebih aku cintai riwayatnya dari pada apa yang ia riwayatkan
dari makburi, Ahmad bin Sa’din berkata; Dia Siqoh[22]
3. Yazid
bin Abi Habibi
Pandangan
Kritikus : Laits bin
Sa’din berkata; Dia Sayid kita dan orang yang paling alim, Muhammad bin Sa’din
berkata; Dia itu Siqoh[23]
4. ‘Adullah
bin Rasyidin
Pandangan
Kritikus : Muhammad bin
Ishaq berkata; Saya tidak tahu darinya kecuali hadits tentang qitir, dan saya
tidak tahu dengan namanya dari Ibnu Abi Marrah[24]
5. ‘Abdullah
bin Abi Murrata
Pandangan
Kritikus : Al Bukhari
berkata; Saya tidak tahu darinya kecuali hadits tentang witir, dan saya tidak
tahu namanya atau tidak mendengar namanya dari generasi ke generasi, Abu dawud
Tirmidzi dan ibnu Majah; Meriwayatkan hadits darinya[25]
4. Hukum
Hadits
Hadits riwayat Ibnu Majah
ini adalah shahih, karena hadits ini telah memenuhu persyaratan shahih dengan
adanya cirri sanadnya bersambung antara rawi satu dengan rawi yang lainnya.
Para rawinya juga dhabit, begitu juga dengan Ibnu Majah, tidak ada seorangpun
yang meragukan kesiqohannya[26]
5. Natijah
(Kandungan Hadits)
Dalam hadits ini berisi
kandungan bahwa kita sebagai umat islam Nabi Muhammad SAW harusnya bisa
meneladani beliau, karena setelah shjalat isya beliau menjaganya denan shalat
witir, tetapi ketika beliau akan shalat malam maka beliau tidur kemdian ketika akan
melaksanakan shalat malam baru beliau melaksanakan shalat witir. Kita sebagai
umat beliau harus bisa mengikuti jejak beliau menjaga diri dengan shalat witir,
karena Allah akan menjaga kita salah satunya melalui shalat witir.
B. KESIMPULAN
Hadits di atas memberikan
kita pembelajaran bahwa kita sebagai umat islam sudah seharusnya kita mengikuti
jejak Nabi, karena dengan shalat witir kita lebih terjaga, dan dianjurkan oleh
beliau Nabi Muhammad SAW, agar kita menutup shalat isya dengan melaksanakan shalat
witir dan rakaatnya ganjil, dengan megikuti jejak Nabi Saw kita juga dapat
meraskan hikmah dari shalat witir itu sendiri.
[2] Dr.AJ
Wensicj, Mu’jam Al Mufahros Al Hafizh Al Hadits Al Nabawi, (Terjamah Arab, Fuad
Abdu Baqi), Leiden: EJ Brill, 1943, hal. 208.
[3] Abu
Daud Sulaiman bin Asy’atsas Sijistani, Sunan Daud, Juz 2, Bairut : Dar al Fikr,
1994, hal. 615.
[4] Abu
Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at Tirmidzi, Juz 2, Beirut : ar Al Fikr,
2005, hal. 243.
[6] Abu
Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Fadil bin Bahrom A Darimi, Sunan Darimi,
Juz 1, Bayan : Dar Al Fikr, (kosong), hal. 580.
[26] Al
Jami’us Shaghir fi Ahadits Al Basyir an Nadir, Al Imam Jalaludin bin Abi Bakar
As Suyuti, Darul Kitab. Al Alamiyah, Beirut. Libanon. 1990 m. 1410 H.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Shonhaji dkk, Terjamah Sunan Ibnu Majah, Semarang
: CV. ASY BSYIFA, 1992. hal 56.
Dr.AJ Wensicj, Mu’jam Al Mufahros Al Hafizh Al Hadits Al
Nabawi, (Terjamah Arab, Fuad Abdu Baqi), Leiden: EJ Brill,
1943, hal. 208.
Abu Dawud Sulaiman bin Asy’atsas Sijistani, Sunan Dawud, Tahdzib
Al Kamal Fi Azma Al Rijal, Juz 2, Bairut : Dar al Fikr, 1994,
hal 515.
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan at Tirmidzi, Juz
2, Beirut : ar Al Fikr, 2005, hal. 243.
Abi Abdillah Muhammad bin Zaid, Sunan Ibnu Majah, Juz
1, Beirut : Dar Al Fikr, 1995, hal. 367.
Abu
Muhammad Abdullah bin Abdurrahman bin Fadil bin Bahrom A Darimi, Sunan
Darimi, Juz 1, Bayan : Dar Al Fikr, (kosong), hal. 580.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar