LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
pENGEMBARAAN LINGKUNGAN HIDUP SUKU TENGGEr desa NGADAS, MALANG JAWA
TIMUR
31 JANUARI – 12
FEBRUARI 2011
ANGGOTA MUDA KELOMPOK
MAHASISWA PECINTA ALAM (KMPA) “FAKTAPALA”
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan keragaman suku budaya dan
alamnya, akan tetapi seiring majunya zaman, kini sebagian budaya kita mulai
terkikis dengan adanya kemajuan teknologi dan pengaruh modernisasi dan hanya
beberapa yang masih bertahan menjaga adat istiadat dari nenek moyang. Sosial
kultur masyarakat Indonesia kini mulai menghilangkan dan merubah nilai-nilai
kebudayaan yang luhur.
Desa Ngadas yang dihuni oleh Suku Tengger ini
yang masih kuat mempertahankan budaya di tengah derasnya arus globalisasi,
berbeda dengan desa lain di Kabupaten Malang. Meskipun masyarakatnya sangat
plural dari sisi agama, namun keyakinan yang berbeda itu tidak menyurutkan
masyarakatnya untuk mempertahankan adat istiadat Suku Tengger. Oleh
karena itu, kami sebagai Anggota Muda Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA)
“FAKTAPALA” sangat menyadari pentingnya menjaga budaya dan melestarikan alam
ini.
Desa Ngadas yang dihuni oleh Suku Tengger menjadi
satu-satunya desa yang masih asli dan sampai saat ini masih sangat menjaga adat
istiadat dari nenek moyang. Kita masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab
untuk menjaga kelestarian budaya. Sebagai makhluk Tuhan kita juga
diberikan kepercayaan untuk menjaga dan
memanfaatkan sumber daya alam sebaik-baiknya demi kemaslahatan seluruh umat,
tanpa merusak kekayaan alam dan mengotori kebudayaan yang sudah ada.
Atas dasar rasa kecintaan akan budaya Indonesia,
kami sebagai Anggota Muda KMPA “FAKTAPALA” akan mengadakan Pengembaraan
Lingkungan Hidup (LH) dengan tempat yang kami pilih yaitu Suku Tengger di desa
Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Dalam
pengembaraan ini, kami mempelajari kearifan lokal dan adat masyarakat Suku
Tengger yang masih terjaga hingga saat ini dan bagaimana mereka menjaga Kesuburan
tanah.
Adapun Upacara Adat yang masih terjaga hingga
saat ini, diantaranya Upacara Adat Kasodo, karo, Unan-unan. Adapun kesenian
Bantengan dan Jaran Joged yang biasanya mengiringi Upacara Adat pada
saat khitanan dan Tugel Kuncung dan Tugel
Gombak (Aqiqah). Pada awalnya kami akan mengkaji Upacara Adat Kasodo,
Mayu desa dan Mayu Banyu, tetapi berbeda dengan Operasional, karena ternyata
Upacara Adat Kasodo bukan Upacara Adat yang terbesar di Ngadas, Suku
Tengger. Maka, kami merubah Upacara Adat yang dikaji, dengan Upacara Adat yang
terbesar di Suku Tengger yaitu Karo.
B. Nama Kegiatan
“PENGEMBARAAN LINGKUNGAN HIDUP SUKU TENGGER
NGADAS, MALANG JAWA TIMUR ANGGOTA MUDA KMPA “FAKTAPALA” SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PURWOKERTO”.
C. Landasan Kegiatan
1. AD/ART
KMPA “FAKTAPALA”
2. Juklas
dan Juknis BPL
3. Rapat Angkatan
XIV
4. Surat
Keputusan Ketua Umum KMPA “FAKTAPALA”
5. Tri
Darma perguruan Tinggi.
D. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
a. Untuk
mendekatkan diri pada Allah sebagai pecinta alam semesta
b. Sebagai
wadah untuk mengaplikasikan keilmuan tentang Lingkungan Hidup
c. Untuk
menambah keilmuan tentang Suku budaya di Indonesia
d. Sebagai
bentuk kecintaan terhadap budaya Indonesia
2. Tujuan
a. Untuk
mendapatkan Nomor Pokok Anggota KMPA “FAKTAPALA” dan menjadi Anggota Biasa
b. Untuk
mendalami Ilmu lingkungan Hidup
c. Menumbuhkan
rasa kecintaan kita terhadap bangsa Indonesia akan keragaman suku budayanya
d. Melatih
fisik dan mental dalam bersosialisasi dengan masyarakat luas
e. Menumbuhkan
rasa kebersamaan baik terhadap sesama anggota maupun seluruh masyarakat
f. Menumbuhkan
rasa kepedulian terhadap keseimbangan alam dan sosial kultur masyarakat
g. Eksplorasi
suku dan budaya yang ada di Indonesia
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini dinamakan metode baru,
karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivisik karena
berlandaskan pada postpositivisme. Metode ini disebut juga metode
artistic, karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang berpola), dan
disebut sebagai interpretif karena data hasil penelitian lebih berkenaan
dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan dilapangan.
1. Jenis
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research) yaitu mendatangi langsung ke lapangan atau masyarakat yang
menjadi obyek penelitian untuk mempelajari secara intensif tentang berbagai masalah
yang diteliti.
Dalam hal ini adalah Upacara Adat Karo yang dilakukan oleh Suku Tengger
desa Ngadas, kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang, Jawa Timur
2. Subyek
dan Obyek Penelitian
Subyek yang dimaksud oleh kami adalah untuk
memperoleh sumber data dalam Upacara Adat adalah pak Dukun dan Sesepuh Adat,
Juru Kunci Makam Mbah Sedek, Warga Asli Suku Tengger. Mereka yang mengetahui
seluk-beluk Upacara Adat di Suku Tengger.
Sebagai Obyek Penelitian adalah Upacara Adat di
Suku Tengger, khususnya Karo yang dilakukan oleh masyarakat Tengger di desa
Ngadas, kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
3. Sumber
Data
a. Sumber
Data
Sumber
data dalam pengembaraan ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sumber data primer dan
sekunder.
1) Sumber
data primer adalah hal-hal terkait dengan Upacara Adat dan orang-orang yang
terlibat langsung dalam Upacara-upacara Adat seperti Pak Dukun, Sesepuh Tengger,
Legen, Pimpinan Kesenian di Tengger dan warga Tengger yang ada di desa Ngadas.
Selain itu kami menggunakan buku yang berisi penanggalan khusus untuk
Upacara-Upacara Adat Suku Tengger, Ngadas.
2) Sumber
data sekunder dalam pengembaraan ini adalah masyarakat Suku Tengger Ngadas,
yang ikut melaksanakan Upacara Adat, khususnya Karo.
b. Jenis
Data
Jenis
data dalam pengembaraan ini adalah Kualitatif, yaitu data yang diperoleh
dari pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistil karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
c. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang kami lakukan dalam pengembaraan Lingkungan Hidup Suku
Tengger dengan cara:
d. Observasi
Observasi
(pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
e. Interview
(wawancara)
Interview
yaitu metode pengumpulan data dengan mengajukan langsung kepada responden untuk
menapatkan informasi
f. Dokumentasi
Dokumentasi
, yaitu suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumentasi yang ada pada
benda-benda tertulis seperti buku-buku, surat kabar, majalah,
peraturan-peraturan, catatan harian dan sebagainya.
Alat dokumentasi yang kami bawa berupa kamera digital dan peralatan menulis.
4. Analisis
Data
Analisis
Data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan mudah diinterpretasikan. Tahap analisis data merupakan tahap yang penting
dan menentukan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa
sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Metode
analisis data yang kami gunakan adalah analisis data kualitatif, yaitu
upaya yang dilakukan dengan memilah-milah data, mengorganisasikan data, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dengan
demikian langkah-langkah analisis data secara sistematis sebagai berikut :
a. Mengumpulkan
data yang diperoleh dari hasil observasi, interview, dan dokumentasi.
b. Menyusun
seluruh data yang diperoleh sesuai dengan urutan pembahasan yang telah direncanakan.
c. Melakukan
interpretasi secukupnya terhadap data yang telah disusun untuk menjawab rumusan
masalah sebagai hasil kesimpulan.
F.
Metode
Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode Dedultif-Induktif
dan Metode Campuran, yaitu paragraf yang pikiran utamanya tertuang
dalam kalimat awal dan akhir paragraf, sedangkan pikiran penjelasnya tertuang
dalam kalimat-kalimat di tengah atau di antaranya.
G. Waktu dan Tempat Kegiatan
1. Waktu
Kegiatan
Kegiatan Pengembaraan Divisi Lingkungan Hidup
(LH) Suku Tengger Jawa Timur akan dilaksanakan pada:
Hari : Senin-jumat
Tanggal :
31 Januari – 11 Februari 2011
2. Tempat
Kegiatan
Tempat yang kami pilih untuk melaksanakan
Pengembaraan Lingkungan Hidup (LH) yaitu Suku Tengger yang berada di empat
Kabupaten di Jawa Timur yaitu: Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang.
Namun yang akan kami kunjungi adalah Kabupaten Malang Kecamatan Poncokusumo
tepatnya di Desa Ngadas.
H. Peserta Kegiatan
Dlam Pengembaraan Lingkunga Hidup Suku Tengger
Ngadas, Jawa Timur ini, ada dua orang peserta dan satu pendamping yaitu:
1. Peserta
a) Nama : Charisma
Nur R
NIM :
092332007
Jurusan :
Tarbiyah
Sem/Prodi : 4/PBA-1
Jabatan :
Ketua
b) Nama :
Yuni Wijianti
NIM :
0923223028
Jurusan :
Syariah
Sem/Prodi : 4/EI-1
Jabatan :
Sekretaris
2. Pendamping
Nama :
Siti Umayah
NIM :
082331145
Jurusan :
Tarbiyah
Sem/Prodi : 6/PAI-4
Jabatan :
Pendamping
BAB II
TINJAUAN
UMUM
A. Letak geografis
Desa
Ngadas merupakan desa yang terletak di lereng Timur Gunung Bromo, yang dihuni oleh sebagian Suku Tengger di
Ngadas ini, merupakan salah satu, dari Suku Tengger lainnya, yang menyebar di
empat Kabupaten, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Malang dan Lumajang. Desa Ngadas
terletak di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Luas Wilayah desa Ngadas
414 ha, yang terdiri dari 384 ha lahan pertanian (Tegalan) dan 30 ha
Pemukiman Penduduk. Mereka memilih mengelompok dan terisolir dari daerah lain
agar kebudayaan yang dimiliki tidak mengalami perubahan karena adanya
pengaruh-pengaruh dari luar. (Sumber: Data Desa Ngadas, tahun 2010-2011).
Adapun
batas wilayah desa Ngadas adalah sebagai berikut:
1. Sebelah
Utara : Berbatasan dengan desa
Mororejo, Kecamatan Tosari.
2. Sebelah
Timur :
Berbatasan dengan desa Ranu pani, Kecamatan Senduro.
3. Sebelah
Barat :
Berbatasan dengan desa Gubug langkah, Kecamatan Poncokusumo.
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa Ngadisari, Kecamatan
Sukapura.
Desa
Ngadas ini terletak pada ketinggian 2100 dpl. Curah hujan di desa Ngadas ini
tiap tahun berkisar 3000 mm dengan suhu udara pada malam hari sekitar 14 °C dan
18 °C pada siang hari. Selama
musim hujan kelembaban udara rata-rata 80%. Temperaturnya sepanjang hari terasa
sejuk, dan pada malam hari terasa dingin. Pada musim kemarau temperatur malam
hari terasa lebih dingin daripada musim hujan. Pada musim dingin biasanya
diselimuti kabut tebal. Di daerah perkampungan, kabut mulai menebal pada sore
hari. Di daerah sekitar puncak Gunung Bromo kabut mulai menebal pada pagi hari
sebelum fajar menyingsing.
Desa
Ngadas, terdiri dari 12 RT (Ruku Tetangga), dan 2 RW (Rukun Warga). Desa Ngadas
memiliki 358 KK dengan jumlah penduduk 1.315 orang yang terdiri dari 680
laki-laki dan 635 perempuan. Letak
Desa Ngadas cukup mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat,
tapi untuk angkutan umum belum bisa dijangkau karena jalan utama menuju Ngadas
masih sangat rawan, menanjak, dan berlubang. Unruk menuju Ngadas dibutuhkan
waktu 3-4 jam jika menaiki hardtop atau mobil sayu, dan jika menaiki motor bisa
memakan waktu hanya 2-3 jam.
B. Sejarah suku tengger dan Desa Ngadas
Suku tengger
terbentuk sekitar abad ke sepuluh saat kerajaan majapahit mengalami kemunduran
dan saat Islam mulai menyebar. Pada saat itu kerajaan majapahit diserang dari berbagai
daerah, sehingga bingung mencari tempat pengungsian. Demikian juga dengan
dewa-dewa mulai pergi bersemayam di sekitar gunung bromo, yaitu dilereng gunung
pananjakan, di sekitar situ juga tinggal seorang pertapa yang suci. Suatu hari
istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, wajahnya bercahaya,
menampakan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa.
Untuk itu anak
tersebut diberi nama Joko Seger, yang artinya
joko yang sehat dan kuat. Disekitar gunung itu juga lahir bayi perempuan
titisan dewa, wajahnya cantik dan elok, waktu dilahirkan bayi itu tidak
menangis, diam dan begitu tenang. Sehingga anak tersebut diberi nama Roro
Anteng, yang artinya Roro yang tenang dan pendiam. Semakin hari Joko Seger
tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa begitupun Roro Anteng juga tumbuh menjadi
seorang perempuan yang cantik dan baik hati. Roro Anteng telah terpikat pada
Joko Seger, namun pada suatu hari ia dipinang oleh seorang Raja yang terkenal
sakti, kuat, dan jahat. Sehingga ia tidak berani menolak lamarannya.
Kemudian Roro
Anteng mengajukan persyaratan pada pelamar itu agar dibuatkan lautan di tengah
gunung dalam waktu satu malam. Pelamar itu mengerjakan dengan alat sebuah
tempurung kelapa (batok kelapa). Dan pekerjaan itu hampir selesai, melihat
kenyataan itu hati Roro Anteng gelisah dan memikirkan cara menggagalkannya,
Kemudian Roro Anteng mulai menumbuk padi ditengah malam. Sehingga membangunkan ayam-ayam,
ayam-ayam pun mulai berkokok seolah-olah fajar sudah menyingsing. Raja itu
marah karena tidak bisa memenuhi permintaan Roro Anteng tepat pada waktunya.
Akhirnya batok
yang ia gunakan untuk mengeruk pasir tersebut dilemparnya hingga tertelungkup
di dekat gunung bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang dinamakan gunung
batok. Dengan kegagalan raja tadi akhirnya Roro Anteng menikah dengan Joko
Seger. Dan membangun sebuah pemukiman kemudian memerintah dikawasan tengger
tersebut dengan nama Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger. Yang artinya Penguasa
Tengger yang budiman. Nama tengger di ambil dari gabungan akhir suku kata Roro
Anteng dan Joko Seger. Tengger juga berarti moral tinggi, simbol perdamaian
abadi.
Roro Anteng dan
Joko Seger belum juga dikaruniai momongan setelah sekian tahun menikah, maka
diputuskan untuk naik kepuncak gunung bromo. Tiba-tiba ada suara gaib
menyatakan jika mereka ingin mempunyai anak mereka harus bersemedi agar doa nya
terkabul dengan syarat apabila mendapatkan keturunan anak bungsu harus
dikorbankan ke kawah gunung bromo. Akhirnya merekapun mendapatkan keturunan 25
orang putra dan putri.
Namun Roro Anteng
mengingkari janjinya maka terjadilah gunung bromo menyemburkan api, dan anak
bungsunya “Kesuma” dijilat api dan masuk ke kawah gunung bromo, kemudian
terdengarlah suara gaib, bahwa kesuma telah dikorbankan, dan Hyang Widi telah
menyelamatkan seluruh penduduk, maka penduduk harus hidup tentram damai dengan
menyembah Hyang Widi, selain penduduk juga di peringatkan bahwa setiap bulan
kasada pada hari ke empat belas mengadakan sesaji ke kawah gunung bromo, dan
kebiasaan tersebut diikuti sampai sekarang oleh masyarakat tengger dengan
mengadakan upacara yang disebut Kesada setiap tahunnya.
Sejarah Desa Ngadas sendiri berbeda dengan sejarah
suku Tengger. Awal mulanya desa Ngadas adalah hutan belantara yang belum
dibabat, kemudian ada seorang bernama Sidiq kencana yang berasal dari Mataram.
Beliau dikejar-kejar oleh perampok sampai ke hutan. Dan beliau membabat hutan
dan menetap di hutan tersebut. Karena hutan itu banyak batu wadasnya kemudian
beliau member nama desa Ngadas.
C. Kearifan lokal
1. Perekonomian
Kehidupan perekonomian suku
Tengger pada umumnya sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani karena ¾ ha lahan di suku Tengger, Ngadas
berupa tanah tegalan dan sisanya pemukiman penduduk. Untuk komoditas utamanya
yaitu sayur-sayuran seperti kentang, bawang daun, dan kobis. Ketiga komoditas
ini merupakan komoditas utama yang dihasilkan oleh petani Suku Tengger. Lahan
yang digarap umumnya milik sebagian warga Tengger yang terbentuk dalam kelompok
tani sebagai berikut :
a. Kelembagaan
Tani Semeru
b. Kelembagaan
Tani Bromo
c. Gapoktan
Semeru
Selain itu ada program-program
yang pernah dilaksanakan oleh Lingkup pertanian Tengger sebagai berikut :
a. Pemupukan
modal kelompok Tani tahun 2007 di kelompok Semeru.
b. Sekolah
Lapang Budidaya Kentang 2008 kelompok Semeru.
c. Sekolah
lapang GAP tanaman kentang tahun 2009 di kelompok Bromo (APB Propinsi)
d. Sekolah
lapang GAP kentag lanjutan 2010 kelompok Bromo (APB Propinsi)
e. Konservasi
lahan tahun 2008 di kelompok Semeru (APBN).
f. PUAP
tahun 2009 di Gapoktan Semeru.
Selain sebagai Petani, warga
Tengger juga membuka warung rumahan dan beternak Sapi, kuda, kambing, Babi, dan
ayam buras. Dari hasil itu mereka sudah dapat mencukupi kehidupan mereka
sehari-hari.
2.
Pendidikan
Penduduk suku Tengger memang modern dan kehidupan perekonomian komoditas utamanya adalah sayuran, tetapi di bidang pendidikan
masih tergolong kurang memadai. Hal ini terlihat dengan adanya bangunan sekolah
yang masih kurang layak untuk menampung anak-anak Tengger. Sekolah Tengger
sendiri hanya terdiri dari TK, SD, dan SMP, untuk sekolah taman kanak-kanak
sendiri bangunannya masih bergabung
dengan Balai Desa, untuk sekolah dasarnya hanya terdiri 3 ruangan yaiti 2 ruang
kelas dan 1 ruang guru, untuk Sekolah Menengah Pertama terdiri hanya terdiri 2
ruangan saja yaitu 1 ruang kelas dan 1 ruang Guru. Hal ini memang butuh
perhatian Pemerintah setempat dan perlu tindakan yang serius untuk menangani
hal tersebut. Kalau untuk kemampuan
anak-anak Tengger sendiri sudah dapat dikatakan baik, terbukti anak-anak
Tengger dapat belajar dan membantu orang tuanya dengan tidak melupakan
tugas-tugas sekolah. Salah seorang anak dari Petani dan Pedagang selalu
mendapat juara I dikelasnya, padahal setelah pulang sekolah dia membantu orang
tuanya di dapur dan berjualan, tetapi untuk belajar tetap dia prioritaskan.
Untuk malanjutkan ke Sekolah Menengah
Atas dan Perguruan Tinggi harus keluar Tengger seperti di kecamatan dan
kabupaten, hal ini menjadikan warga Tengger memilih tidak melanjutkan sekolah
karena jarak yang jauh dari desa. Hanya beberapa saja yang melanjutkan sekolah
di kota, karena pendidikan bukan menjadi prioritas utama bagi kehidupan mereka
tetapi ladang pertanian yang menjadi sumber matapencaharian sehari-hari.
3.
Kesehatan
Suhu udara dan cuaca di suku
Tengger, Ngadas memang dibawah rata-rata. Dengan cuaca yang tidak menentu dan
berkabut tebal tidak menjadikan warga Tengger Ngadas manjadi malas berkerja dan
tidak melakukan aktivitas apapun. Mereka tetap melakukan aktifitas seperti
berladang, beternak, berdagang, sekolah, dan lainnya. Kesehatan mereka tidak
terganggu dengan adanya cuaca yang tidak menentu.
Fasilitas di desa Ngadas terdiri dari I
Puskesmas saja yang dikelola oleh seorang Bidan dari daerah Tumpang. Mereka
mempercayakannya dengan Bidan tersebut, karena di Ngadas tidak ada obat-obatan
tradisional dan tabib.
4.
Susunan Pemerintahan
Susunan Pemerintahan desa
Ngadas dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan pamong-pamong desa lainnya. Ada
kepemimpinan tradisional tetapi Kepala Desa tetap menjadi pimpinan utama. Pemimpin tradisinal
hanya satu Pemangku adat atau dukun adat, itupun hanya memimpin upacara-upacara
adat saja untuk semua warga Tengger dengan tidak memandang keyakinan
masing-masing.
Secara tradisi, masyarakat Tengger di pimpin oleh seorang dukun. Seorang
kepala dukun biasanya berasal dari kalangan berkemampuan finansial cukup baik.
Dalam struktur sosial masyarakat Tengger, posisi dukun, lebih-lebih kepala
dukun, menduduki posisi teratas.
Karena itulah, jabatan kepala dukun merupakan jabatan yang sangat strategis
dalam struktur sosial masyarakat Tengger.
5.
Sistem
Kekerabatan
Sistem kekerabatan masyarakat Ngadas sangat erat. Meskipun terdapat tiga
agama yaitu Hindu, Budha, dan Islam, namun mereka hidup berdampingan secara
rukun dan saling menghormati. Jika menyangkut tradisi masyarakat Tengger,
mereka akan bersatu mengikuti adat yang berlaku yaitu sebagai masyarakat suku
Tengger. Masyarakat Tengger dikenal jujur, patuh, dan rajin bekerja. Mereka
hidup sederhana, tenteram, dan damai. Nyaris tanpa adanya keonaran, kekacauan,
pertengkaran maupun pencurian. Suka bergotong royong dengan didukung oleh sikap
toleransi yang tinggi.
6. Sustem Kalender
Suku Tengger sudah
mengenal dan mempunyai sistem kalender sendiri yang mereka namakan Tahun Saka
atau Saka Warsa. Jumlah usia kalender suku tengger berjumlah 30 hari
(masing-masing bulan dibulatkan), tetapi ada perbedaan penyebutan usia hari
yaitu antara tanggal 1 sampai dengan 15 disebut tanggal hari dan 15 sampai 30
disebut Panglong Hari (penyebutannya adalah Panglong siji,panglong loro
dan seterusnya). Pada tanggal dan bulan tertentu terdapat tanggal yang
digabungkan yaitu tumbuknya dua tanggal.
Pada tanggal Perhitungan
Tahun Saka di Indonesia jatuh pada tanggal 1 (sepisan) sasih kedhasa
(bulan ke sepuluh), yaitu sehari setelah bulan tilem (bulan mati),
tepatnya pada bulan Maret dalam Tahun Masehi (Supriyono, 1992). Cara
menghitungnya dengan rumus : tiap bulan berlangsung 30 hari, sehingga dalam 12
bulan terdapat 360 hari. Sedangkan untuk wuku dan hari pasaran tertentu
dianggap sebagai wuku atau hari tumbuk, sehingga ada dua tanggal
yang harus disatukan dan akan terjadi pengurangan jumlah hari pada tiap tahunnya.
Untuk melengkapi
atau menyempurnakannya diadakan perhitungan kembali setiap lima tahun, atau
satu windu tahun wuku. Pada waktu itu ada bulan yang ditiadakan, digunakan
untuk mengadakan perayaan Unan-unan, yang kemudian tanggal dan bulan seterusnya
digunakan untuk memulai bulan berikutnya, yaitu bulan Dhesta atau bulan
ke-sebelas. MECAK (Perhitungan Kalender Tengger ), istilah mecak
biasanya digunakan untuk menghitung atau mencari tanggal yang tepat untuk
melaksankan upacra adat.
Upacara-upacara
besar seperti Karo, Kasada maupun Upacara Unan-unan. Setiap Dukun
Sepuh telah mempunyai persiapan atau catatan tanggal hasil Mecak untuk
tiap-tiap Upacara yang akan dilaksanakan sampai lima tahun ke depan.
Penanggalan Upacara-upacara terlampir.
NAMA-NAMA BULAN SUKU TENGGER
a) Kartika :
Kasa
b) Pusa : Karo
c)
Manggastri : Katiga
d) Sitra :
Kapat
e)
Manggakala : Kalima
f)
Naya : Kanem
g)
Palguno : Kapitu
h) Wisaka :
Kawolu
i)
Jito : Kasanga
j)
Serawana : Kasepoloh
k) Pandrawana :
Destha
l)
Asuji : Kasada
Bulan bagi Suku
Tengger sama dengan penanggalan pada umumnya berjumlah 12 bulan. Hanya saja
berbeda nama bulan dan perhitungannya.
7.
Keagamaan
Sebagian penduduk suku Tengger
beragama Hindu dan Budha karena sudah turun temurun dari jaman nenek moyang
mereka yaiti Roro Anteng dan Joko Seger. Untuk agama islam hanya sedikit saja
dan tidak terlihat karena mereka berbaur bersama dengan tidak membedakan agama.
Yang paling utama yaitu menjaga adat dan melestarikannya dengan tidak
membedakan keyakinan satu sama lain.
8.
Kebudayaan
Masyarakat Tengger, Ngadas memiliki keunikan pakaian sehari-hari. Mereka
bersarung (memakai sarung) yang berfungsi sebagai pengusir hawa dingin yang
memang akrab dengan keseharian mereka. Tidak kurang dari 7 (tujuh) cara
bersarung yang mereka kenal. Masing- masing cara ini memiliki istilah dan
kegunaan sendiri.
Untuk bekerja, mereka menggunakan kain sarung yang dilipat dua, kemudian
disampirkan ke pundak bagian belakang dan kedua ujungnya diikat jadi satu. Cara
ini disebut kakawung, yang dimaksudkan agar bebas bergerak pada waktu
ketempat mengambil air atau kepasar. Cara bersarung seperti ini tidak boleh
digunakan untuk bertamu dan melayat. Sedang untuk pekerjaan yang lebih berat,
seperti bekerja diladang atau pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan tenaga
lebih besar, mereka menggunakan sarung dengan cara sesembong. Sarung
dilingkarkan pada pinggang kemudian diikatkan seperti dodot (di dada) agar
tidak mudah terlepas.
Saat bertamu, mereka mengenakan sarung sebagaimana masyarakat umumnya,
yaitu ujung sarung dilipat sampai kegaris pinggang. Cara ini disebut Sempetan.
Sementara itu, pada saat santai dan sekedar berjalan-jalan, mereka menggunakan
sarung dengan cara kekemul. Setelah disarungkan pada tubuh, bagian atas
dilipat untuk menutupi kedua bagian tangannya, kemudian digantungkan di pundak.
Agar terlihat rapi pada saat bepergian mereka menggunakan cara sengkletan.
Kain sarung cukup disampirkan pada pundak secara terlepas atau bergantung
menyilang pada dada. Cara lain yang sangat khas, yang sering dijumpai pada saat
masyarakat Tengger berkumpul di tempat-tempat upacara atau keramaian lainnya di
malam hari adalah cara kekodong. Dengan ikatan di bagian belakang kepala
kain sarung dikerudungkan sampai menutupi seluruh bagian kepala, sehingga yang
terlihat hanya mata saja.
Anak-anak muda Tengger pun memiliki cara bersarung tersendiri, yang
disebut sampiran. Kain sarung disampirkan di bagian atas punggung. Kedua
bagian lubangnya dimasukkan pada bagian ketiak dan disangga ke depan oleh kedua
tangannya. Dalam hal berbusana, pakaian sehari-hari yang dikenakan masyarakat
Tengger Dusun Ngadas memang tidaklah jauh berbeda dari masyarakat Jawa.
Bagi kaum wanitanya menggunakan kebaya pendek dan kain panjang tanpa
wiron atau sarung tutup kepala dan selendang batik lebar. Kaum prianya
berpakaian sehari-hari sebagaimana masyarakat pertanian di Jawa. Biasanya
mereka memakai baju longgar dan celana panjang di atas mata kaki, berwarna
hitam. Di bagian dalam, memakai kaos oblong. Udeng dan sarung tidak tertinggal.
Untuk pakaian resmi pun mereka menggunakan beskap, kain wiron dan
udeng, dengan segala perlengkapannya, sebagaimana yang digunakan di
Jawa.
Masyarakat Tengger di Dusun Ngadas sarat dengan acara yang selalu
dikaitkan dengan upacara keagamaan maupun upacara adat. Karena sesanti Titi
Luri yang mereka pegang teguh, maka setiap upacara dilakukan tanpa perubahan
persis seperti yang dilaksanakan oleh para leluhurnya berabad-abad yang lalu.
Titi Luri berarti mengikuti jejak para leluhur atau meneruskan agama,
kepercayaan dan adat-istiadat nenek moyang secara turun
temurun.
Adapun upacara-upacara adat yang dilaksanakan di Suku Tengger,
Ngadas yaitu :
a. Upacara
Pribadi
Upacara
pribadi, yaitu upacara yang
diselenggarakan oleh warga Tengger, desa Ngadas tetapi dilaksanakan sendiri
oleh masing-masing warga. Upacara tersebut diantaranya adalah :
1) Entas-entas
(Kematian)
Masyarakat
Tengger pada umumnya beragama hindu, setiap ada warga hindu yang meninngal
dunia, melaksanakan upacara entas-entas dilaksanakan dirumah masing-masing,
dalam bahasa bali biasa disebut Ngaben, dalam agama islam itu disebut Nyewu. Biaya Upacara Entas-Entas
sangat mahal karena penyelenggara harus mengadakan selamatan besar-besaran
dengan menyembelih kerbau. Sebagian daging kerbau tersebut dimakan dan sebagian
dikurbankan.
Filosofi
dari upacara entas-entas adalah menyucikan mengangkat roh leluhur atau orang
yang meninggal ke swarga.
2) Unan-unan
Upacara unan-unan ini termasuk upacara
besar, dilaksanakan oleh warga Tengger yang beragama budha, bertempat di
Sanggar. Pelaksanaannya setiap 5 th 3 bln sekali. Upacara Unan-Unan
diselenggarakan sekali dalam sewindu. Sewindu menurut kalender Tengger bukan 8
tahun melainkan 5 tahun. Upacara tersebut dimaksudkan untuk membersihkan
desa/dusun dari gangguan makhluk halus dan menyucikan para arwah yang belum
sempurna agar dapat kembali ke alam asal yang sempurna (Alam Nirwana).
Kata unan-unan
berasal dari kata tuna ‘rugi’, filosofinya upacara ini dapat melengkapi
kekurangan-kekurangan yang diperbuat selama satu windu. Dalam upacara Unan-Unan
masyarakat Tengger Desa Ngadas menyembelih kerbau sebagai kurban di rumah
kepala desa. Inti dari upacara unan-unan adalah makan daging hewan kurban
bersama seluruh warga.
3) Kelahiran
Upacara
kelahiran biasanya dilakukan setiap kali ada seorang anak yang baru lahir, pada
saat kehamilan berumur 7 bln hanya dilakukan upacara 7 bulanan. Setelah lahir
diadakan upacara Tugel Gombak (Potong rambut) bagi anak laki-laki, sedangkan
Tugel Kuncung (Potong rambut) bagi anak perempuan.
Upacara kelahiran merupakan rangkaian dari enam macam
upacara yang saling terkait, yaitu :
a) Selamatan nyanyut
Ketika bayi yang berada dalam kandungan berumur tujuh bulan,
maka orang tua bayi mengadakan selamatan nyayut atau upacara sesayut.
Maksud upacara tersebut adalah agar bayi lahir dengan selamat dan lancar.
b) Upacara sekul brokohan
Setelah bayi lahir dengan selamat orang tua bayi mengadakan
upacara sekul brokohan. Ari-ari bayi yang mereka sebut batur teman
disimpan dalam tempurung, kemudian ditaruh di sanggar.
c) Upacara cuplak puser
Pada hari ketujuh atau kedelapan setelah kelahiran, orang
tua bayi mengadakan upacara cuplak puser, yaitu saat pusar telah kering
dan akan lepas. Upacara cuplak puser dimaksudkan untuk menghilangkan
kotoran yang masih tersisa di tubuh bayi agar bayi selamat.
d) Selamatan jenang abang dan
jenang putih
Pada saat pemberian nama, keluarga bayi mengadakan selamatan
jenang abang dan jenang putih (bubur merah dan bubur putih yang
terbuat dari beras). Maksud dari upacara tersebut juga untuk memohon
keselamatan.
e) Upacara kekerik
Upacara kekerik diadakan setelah bayi berumur 40
hari. Dalam Upacara Kekerik lidah bayi dikerik dengan daun rumput
ilalang. Maksud dari Upacara Kekerik adalah agar kelak sang anak pandai
berbicara.
f) Upacara among-among
Rangkaian upacara kelahiran yang terakhir adalah upacara among-among,
yang dilaksanakan setelah bayi berusia 44 hari. Maksud dari upacara ini adalah
agar bayi terbebas dari gangguan roh jahat. Bayi tersebut harus “dilindungi”,
yaitu diberi mantra pada waktu ia sudah mampu membalik dirinya (tengkurap).
4) Upacara Tugel Kuncung
Upacara
Tugel Kuncung atau tugel gombak diselenggarakan oleh masyarakat
Tengger Dusun Ngadas ketika anak telah berusia 4 tahun. Rambut bagian depan
anak dipotong agar ia senantiasa mendapat keselamatan dari Hyang Widhi
Wasa.
5) Khitanan
Upacara
yang dilakukan pada saat khitanan diadakan arak-arakan dari rumah yang
mempunyai hajat, menggunakan kesenian Jaran Joged. Arak-arakannya dari rumah
kemudian menuju makan Mbah Sedek untuk meminta do’a restu, kemudian menuju
makam leluhur untuk melakukan ritual.
Filosofi
upacara khitanan untuk meminta do’a restu agar khitanan berjalan dengan lancar.
6) Pernikahan
Sebelum ada Undang-Undang Perkawinan, banyak masyarakat Tengger yang
menikah dalam usia belia
yaitu pada usia 10-14 tahun. Namun, pada masa sekarang hal tersebut sudah
banyak berkurang dan pola perkawinannya endogami. Adat perkawinan yang
diterapkan oleh masyarakat Tengger tidak berbeda jauh dengan adat perkawinan
orang Jawa hanya saja yang bertindak sebagai penghulu dan wali keluarga adalah
dukun Pandita. Adat menetap setelah menikah adalah neolokal yaitu
pasangan suami-istri bertempat tinggal di lingkungan yang baru. Untuk sementara
pasangan pengantin berdiam terlebih dahulu di lingkungan kerabat istri.
Upacara perkawinan masyarakat Tengger Dusun Ngadas dilaksanakan
berdasarkan perhitungan waktu yang ditentukan oleh dukun. Penentuan waktu tersebut disesuaikan
dengan saptawara atau pancawara kedua calon pengantin. Selain
menggunakan perhitungan saptawara dan pancawara, dukun juga
menggunakan perhitungan nasih berdasarkan sandang (pakaian), pangan
(makanan), lara (sakit), dan pati (kematian). Hari perkawinan
harus menghindari lara dan pati. Jika terpaksa
jatuh pada lara dan pati, harus diadakan upacara ngepras,
yaitu membuat sajian yang telah diberi mantra oleh dukun dan kemudian
dikurbankan. Agar tetap selamat, mereka yang hari perkawinannya jatuh pada lara
dan pati harus melaksanakan upacara ngepras setiap tahun.
Puncak dari upacara perkawinan adalah
upacara walagara yaitu akad nikah yang dilaksanakan oleh dukun. Dalam
upacara walagara dukun membawa secawan air yang dituang ke dalam prasen,
diaduk dengan pengaduk yang terbuat dari janur atau daun pisang dan kemudian
diberi mantra. Selanjutnya mempelai wanita mencelupkan telunjuk jarinya ke
dalam air tersebut dan mengusapkannya pada tungku, pintu, serta tangan para
tamu, dengan maksud agar pada tamu memberi doa restu.
b. Upacara
Umum
Upacara
Keseluruhan, yaitu upacara yang dilaksanakan bersama-sama atau secara
gotong-royong dengan tidak memandang perbedaan agama.
1) Kasodo
Upacara
kasodo dilaksanakan karena adanya janji yang dilakukan seseorang apabila
permintaannya dikabulkan maka ia mengirim sesajen ke Bromo, pelaksanaan
upacaranya pada bulan kasodo, tanggal 14.
Filosofinya
adalah rasa terimakasih kepada dewata di gunung bromo, ata permintaan yang
sudah terkabul.
2) Mayu
Banyu
Mayu
banyu merupakan upacara yang dilakukun untuk mempersatukan dewata dan
sumber-sumber mata air yang ada di Tengger.
3) Mayu
Desa
Mayu
Desa upacara yang dilakukun pada saat pemilihan kepala desa, dan seluruh warga
tengger mengikutinya. Pelaksanaannya setiap
bertempat di Balai Desa.
4) Karo
Perayaan
Karo atau Hari Raya Karo masyarakat Tengger jatuh pada bulan
kedua dalam kalender Tengger (Bulan Karo). Upacara Karo sangat mirip
dengan perayaan Lebaran atau Hari Raya Fitri yang dirayakan umat Islam. pelaksanaannya
pada bulan karo tanggal 7 penanngalan jawa. Saat perayaan tersebut, masyarakat Dusun Ngadas saling
berkunjung, baik ke rumah sanak saudara maupun tetangga, untuk memberikan
ucapan selamat Karo dan bermaaf-maafan.
Upacara karo merupakan upacara terbesar yang
ada di Suku Tengger desa Ngadas. Perayaan ini berlangsung selama satu hingga dua minggu.
Selama perayaan tersebut, berpuluh-puluh ternak, ayam, kambing, sapi, dan babi
disembelih untuk dimakan. Bagi masyarakat Dusun Ngadas yang kurang mampu,
pengadaan ternak yang akan disembelih dilakukan secara patungan.
Seluruh
masyarakat Dusun Ngadas, tidak membedakan agama, menyatu dalam perayaan upacara
Karo. Perayaan dan selamatan Karo merupakan hasil kesepakatan
Kanjeng Nabi dan Ajisaka untuk mengenang gugurnya dua abdi yang bernama Setya
atau Alif dan Satuhu atau Hana, pengikut setia kedua tokoh tersebut. Menurut
masyarakat Tengger, makna Karo adalah nylameti wong loro (mengadakan
selamatan untuk dua orang, si Hana dan si Alif atau si Setya dan si Satuhu).
Upacara karo memiliki beberapa
tahapan yang mempengaruhi pola ruang permukiman. Sebelum upacara inti biasanya
diadakan bersih desa. Seminggu sebelum upacara diadakan acara Ping Pitu.
Upacara tersebut menyiapkan kemenyan dan membawanya ke pemangku adat untuk
meminta doa kemudian kemenyan tersebut di letakkan di rumah dan harus diganti
setiap makan.
Tahapan upacara karo yaitu
upacara Banten, Tumpeng Gede, Sesanding, dan Ngeroan.
Upacara banten dilakukan di rumah kepala desa dan pemangku adat yang
saat ini dijabat oleh Pak Ngatrulin yang memanjatkan doa dengan iringan sesajen
yang dibawa oleh penduduk Desa Ngadas.
Tahapan berikutnya dalah tumpeng
Gede. Dalam upacara tersebut penduduk Desa Ngadas membawa sesaji ke rumah
kepasla desa kemudian sesaji yang merekas bawa didoakan oleh Pak Ngatrulin
selaku pemangku adat. Sejaji tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh
masyarakat. Tahapan selanjutnya yaitu upacara sesanding. Dalam upacara
tersebut dilakukan oleh masyarakat di rumah masing-masing dengan memanjatkan
doa. Setelah berdoa di rumah masing-masing, kepala desa, pemangku adat, dan
perwakilan masyarakat memeberi sesaji ke tiga elemen pembentuk desa
(tanah, ladang dan danyang).
Tahapan berikutnya yaitu ngeroan. Dalam
upacara tersebut pembacaan 27 doa di rumah
masing-masing warga. Tahapan terakhir yaitu ping pitu yang kedua dengan
memasang sesaji dan didoakan oleh pemangku adat. Acara adat ping pitu yang
kedua dilakukan satu minggu setelah acara utama, hari berikutnya acara sadranan
di makam yang diserta dengan acara makan bersama di makam Desa
Ngadas. Rangkaian upacara karo diakhiri dengan upacara ujung-ujungan
yaitu upacara pelepasan baju kemudian diganti dengan memakai sarung yang
dilakuakan di rumah kepala desa.
Filosofinya adalah ucapan rasa syukur kepada
Tuhan. Sebelum Karo dilaksanakan biasanya ada upacara Pujan atau pemujaan kepada
Dewa-Dewa atau Tuhan yang dilaksanakan selama 4 kali dalam setahun yaitu, bulan
keempat pada tanggal 4, pujan bulan Kasada tanggal 14 di Bromo, bulan kedelapan
tanggal 1, dan bulan kesembilan tanggal 24. Setelah Pujan-pujan tersebut
dilaksanakan baru upacara Karo diadakan.
5) Barian
Upacara Bari’an diadakan
jika ada lindu Gempa bumi selama 2 kali ataupun bencana alam, gerhana, atau peristiwa lain yang
mempengaruhi kehidupan orang Tengger. Jika kejadian-kejadian alam tersebut
memberi pertanda buruk, maka lima atau tujuh hari setelah peristiwa tersebut
orang Tengger mengadakan upacara bari’an agar diberi keselamatan dan
dapat menolak bahaya (tolak sengkala) yang bakal datang.
Sebaliknya apabila kejadian-kejadian
alam tersebut menurut ramalan berakibat baik, upacara bari’an juga
diadakan sebagai tanda terima kasih kepada Hyang Maha Agung. Dalam upacara bari’an
seluruh warga berkumpul dipimpin oleh kepala desa dan dukun mereka. Sesaji
sebagian ditinggal di kepala desa dan sebagian diletakkan di ladang atau
dipekarangan yang sebelumnya didoakan terlebih dahulu.desa. Biaya upacara bari’an
ditanggung oleh seluruh warga desa.
6) Galungan
Upacara
yang dilaksanakan oleh suku Tengger yang beragama Hindu di Pura dan
dilaksanakan setiap Rebo Legi. Upacara tersebut sudah menjadi tradisi
masyarakat Hindu, pada orang islam disebut juga pengajian.
c. Upacara Pujan
Upacara Pujan bermacam-macam
jenisnya yaitu pujen kapat, pujan wolu, pujan kasanga, dan pujan
kasada. Pujan Kasada merupakan upacara kasada. Upacara pujan
kapat, wolu, dan kasanga merupakan upacara yang rutin dilaksanakan
tiap bulan keempat, kedelapan dan kesembilan menurut tanggal masyarakat
Tengger. Bulan kesembilan yaitu pada hari kesembilan sesudah bulan purnama.
Upacara pujan tersebut dilaksanakan seluruh warga Desa Ngadas di rumah
masing-masing dengan meminta doa dari pak dukun di Desa Ngadas.
d. Upacara Kematian
Upacara kematian diselenggarakan secara
gotong royong. Para tetangga memberi bantuan perlengkapan dan keperluan untuk
upacara penguburan. Bantuan spontanitas tersebut berupa tenaga, uang, beras,
kain kafan, gula, dan lain-lain yang disebut nglawuh. Setelah dimandikan mayat
diletakkan di atas balai-balai kemudian dukun memercikkan air suci dari prasen
kepada jenazah sambil mengucapkan doa kematian. Sebelum kuburan digali, dukun
lebih dulu menyiramkan air dalam bumbung yang telah diberi mantra. Tanah yang tersiram
air itulah yang digali untuk liang kubur. Mayat orang Tengger dibaringkan
dengan kepala membujur ke selatan ke arah Gunung Bromo. Petang harinya keluarga
yang ditinggalkan mengadakan selamatan. Orang yang telah meninggal tersebut
diganti dengan boneka yang disebut bespa, terbuat dari bunga dan dedaunan.
Bespa diletakkan di atas balai-balai bersama berbagai macam sajian.
e. Kesenian
Kesenian
yang dilaksanakan oleh suku Tengger, Ngadas hanya ada 2 dan salah satunya dilaksanakan
untuk mengiringi upacara-upacara di desa Ngadas yaitu Jaran Joged, sebagai
berikut :
1) Kesenian
Jaran Joged
Salah
satu kesenian yang ada di suku Tengger, Ngadas yaitu jaran joged. Kesenian
tersebut dilaksanakan pada saat upacara Khitanan dan kelahiran. Jaran joged
sudah ada sejak jaman dahulu dan dipimpin secara turun temurun. Jaran joged ini
merupakan kesenian khas Tengger yang menggunakan banyak Kuda milik warga
Tengger. Alat-alat untuk jaran joged meliputi Gong, ketipung, dan kendang. Kuda
yang digunakan berasal dari luar daerah dan sampai luar Jawa bahkan luar
negeri.
2) Bantengan
Kesenian
khas Tengger ada kesamaan dengan Kuda lumping, hanya saja bantengan ini,
symbolnya adalah Banteng, dan di mainkan oleh orang Tengger, di malam hari, dan
siang harinya meminta izin kepada sang dewata di Wono (Hutan), dan ada
sesajennya.
Filosofinya
adalah banteng itu kuat, berani dan tanggug jawab, selalu menjadi pemimpin, ia
tidak rakus karena pemakan rumput.
BAB III
KRONOLOGI
KEGIATAN
A. Pra Operasional
Kita mengawali sebuah kegiatan dengan persiapan
yang matang, dan sudah dipersiapkan jauh hari, demi mendapatkan hasil yang
maksimal dan keberhasilan dalam kegiatan yang akan dilaksanakan, sama halnya
dengan kegiatan Pengambaraan Lingkungan Hidup yang kami laksanakan. Oleh karena
itu kami melakukan persiapan sebagai berikut:
1. Pembentukan
Panitia Team Pengembaraan
Kepanitian pengembaraan lingkungan Hidup Jawa
Timur, dibentuk pada:
Hari,
Tanggal : Rabu, 29 September
2010
Tempat : Stand KMPA “FAKTPALA”
Hasil :
Ketua : Charisma Nur R
Sekretaris : Yuni Wijianti
Bendahara : Yuni Wijianti
Anggota : Charisma Nur R
Yuni
Wijianti
2. Pengajuan
pendamping
Pengajuan pendamping diajukan kepada BPL pada:
Hari, Tanggal : Rabu, 06 Oktober 2010
Pendamping :
Siti Umayah
Sebelumnya kami melakukan koordinasi terlebih
dahulu dengan saudari Siti Umayah dan dia menyetujui. Kemudian Ketua Umum KMPA
“FAKTAPALA” Menurunkan Surat Keputusan pada:
Dan didalamnya berisi tentang keputusan yang
menetapkan Siti Umayah sebagai pendamping Team Pengembaraan Lingkungan Hidup.
3. Pencarian
data tentang suku Tengger
Pencarian data tentang suku Tengger kami
lakukan setelah pembentukan Team Pengembaraan Lingkungan Hidup dibentuk. Kami
melakukan pengumpulan data tentang suku tengger dari media internet dan
televisi, sedangkan dari media cetak kami tidak menemukannya karena survey
diberbagai tempat penjualan buku tidak ada buku mengenai kehidupan suku
Tengger. Informasi lain juga kami peroleh dari saudara Muji anggota TURSINA
Universitas Islam Negeri Malang.
4. Penyusunan
Proposal
Penyusunan proposal kami lakukan ketika semua
data sudah terkumpu, kemudian kami menyusunnya dari tanggal 08 Oktober-13
Oktober 2010.
5. Sidang
Proposal
Sidang proposal dilaksanakan pada:
a. Hari,
tanggal : Selasa, 08 November 2010
b. Tempat : Gedung Syariah Lantai II
c. Penguji : Ketua Sidang : Zaenurrahman
Sekretaris
sidang : Helmi Nasriyanti
Penguji I :
Sujudi Akbar
Penguji II :
M. ilham Triyadi
Penguji III :
M. irfangi
d. Peserta
kegiatan :
1) Charisma
Nur Rohmi
2) Yuni
Wijianti
3) Siti
Umayah
e. Hasil
kegiatan
Hasil dari sidang proposal pengembaraan
Lingkungan Hidup Suku Tengger Jawa Timur dapat diterima dengan syarat melakukan
refisi dan melengkapi segala kekurangan yang dibutuhkan dalam kegiatan pengembaraan Lingkungan Hidup
Suku Tengger Jawa Timur.
6. Pendalaman
materi
Pendalaman materi kami lakukan untuk menambah
keilmuwan dan wawasan kami,
pendalaman materi kami lakukan demi kelancaran
kegiatan Pengembaraan Lingkungan Hidup ini, kami membuat jadwal dalam dua
minggu dilaksanakan selama 4 kali.
Tetapi pada hari pertama pemateri belum bisa
hadir, dikarenakan ada kepentingan, maka pemateri meminta untuk diganti hari,
setelah kami berkoordinasi melalui via telephone, kami menyetujui hari diundur
yang tadinya hari Senin, 10 Januari 2011 menjadi hari Selasa, 11 Januari 2011.
Dalam pelaksanaanya waktu yang ditetapkan semula pukul 14.00-16.00. tetapi
karena kepentingan pemateri ada sedikit keterlambatan. adapun Instuktur dan
jadwal pendalaman materi yang kami lakukan sebagai berikut:
Hari,
tanggal
|
Waktu
|
Tempat
|
Materi
|
Pemateri
|
Selasa,
11 Januari 2011
|
14.30-16.30
WIB
|
Kampus
STAIN Purwokerto
|
Kearifan
lokal dan hukum adat
|
Ziad
al Mahmudi
|
Rabu,
12 Januari 2011
|
14.00-16.00
WIB
|
Kampus
STAIN Purwokerto
|
Bidikan
tentang kearifan lokal
|
Ade
Junaedi
|
Jumat,
14 Januari 2011
|
14.30-16.00
WIB
|
Kampus
STAIN Purwokerto
|
Draf-draf
pertanyaan dan tata cara wawancara
|
Pariyanto
|
Senin,
17 Januari 2011
|
14.30-15.45
WIB
|
Kampus
STAIN Purwokerto
|
Metode
penelitian dan cara penerapannya
|
Sugiman
|
7. Pengajuan
Proposal
Pengajuan proposal diajukan kepada pihak kampus
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto, dan kepada instansi-instansi yang
berkaitan antara lain sebagai berikut:
a. Instansi Pemerintah
No.
|
Nama
Instansi Pemerintah
|
Tanggal
Masuk
|
Tanggal
Keluar
|
Keterangan
|
1
|
Dinas Peternakan dan
Perikanan
|
24-12-2010
|
02-12-2010
|
Ditolak
|
2
|
DPRD
|
17 12 2010
|
-
|
-
|
3
|
Perum Perhutani KKPH
Banyumas Barat
|
15 12-2011
|
17 01 2011
|
Diterima
|
4
|
Dinas Lingkungan Hidup
|
23 12-2010
|
-
|
-
|
5
|
Perum Perhutani KKPH
Banyumas Timur
|
28 122010
|
04 01 2011
|
Ditolak
|
6
|
Dinas Kesehatan
|
30 12 2010
|
10 01 2011
|
Ditolak
|
b. Perusahaan Swasta
No.
|
Perusahaan
Swasta
|
Tanggal
Masuk
|
Tanggal
Keluar
|
Keterangan
|
1
|
Djarum
|
22-11-2010
|
18-01-2011
|
Ditolak
|
2
|
Asiatik
|
22 11 2010
|
16-12-2010
|
Ditolak
|
3
|
Amazone
|
23-11-2010
|
12-01-2011
|
Ditolak
|
4
|
Enggal Printing
|
23-11-2010
|
23-11-2010
|
Diterima
|
5
|
Cartenz
|
25-11-2010
|
17-01-2011
|
Ditolak
|
6
|
Warung Ndeso
|
26-11-2010
|
12-01-2011
|
Ditolak
|
7
|
Bank BNI
|
17-12-2010
|
23-12-2010
|
Ditolak
|
8
|
Bank BRI
|
23-12-2010
|
05-01-2011
|
Ditolak
|
9
|
Bebek Goreng H.Slamet
|
24-12-2010
|
04-01-2011
|
Ditolak
|
10
|
Bank Syariah Mandiri
|
15-01-2011
|
10-01-2011
|
Diterima
|
11
|
Klinik OMNIA
|
04-01-2011
|
04-01-2011
|
Diterima
|
12
|
Bank Syariah Mandiri
|
05-01-2011
|
18-01-2011
|
Ditolak
|
13
|
PT. Bamasatria Perkasa
|
06-01-2011
|
06-01-2011
|
Ditolak
|
8. Latihan
Fisik
Dalam pengembaraan Lingkungan Hidup ini,
sebelum melaksanakan kegiatan kami melakukan latihan fisik, untuk menjaga kondisi
agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Latihan fisik dimulai dari tanggal
10 Januari – 20 Januari 2011, dalam pelaksanaanya masih kurang maksimal karena
hanya dilaksanakan selama 3 kali, karena dalam seminggu hanya melaksanakan 1
kali. Karena terbentur dengan pelaksanaan pendalaman materi dan pengajuan
proposal.
Berikut latihan
fisik yang kami laksanakan :
. Pukul 15.00-16.30 WIB
No
|
Hari,
Tanggal
|
Waktu
|
Nama
|
Tempat
|
Lari
|
Latihan
|
Sit Up
|
Back
Up
|
Squate
on Truz
|
1
|
Senin,
10 Januari 2011
|
15.00-16.30
WIB
|
Charisma
Yuni
|
Lapangan
STAIN Purwokerto
|
6
Putaran
|
21
kali
13
kali
|
31
kali
56
kali
|
26
kali
27
kali
|
2
|
Kamis,
13 Januari 2011
|
15.00-16.30
WIB
|
Charisma
Yuni
|
Lapangan
STAIN Purwokerto
|
7
Putaran
|
21
kali
18
kali
|
40
kali
49
kali
|
27
kali
22
kali
|
3
|
Kamis,
20 Januari 2011
|
14.00-16.30
WIB
|
Charisma
Yuni
|
Lapangan
STAIN Purwokerto
|
8
Putaran
|
21
kali
23
kali
|
35
kali
39
kali
|
35
kali
30
kali
|
9. Karantina
Pra Pengembaraan
Karantina pra pengambaraan dilaksanakan pada
tanggal 28 januari – 31 januari 2011. Bertempat di gedung UKM KSIK lantai II,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto.
Tujuan dalam karantina Pra Pengembaraan ini
agar masing-masing anggota bisa mendekatkan emosinalnya. dan bisa menyatukan
pendapat, agar nantinya tidak ada kesalah fahaman, dan bisa lebih maksimal
dalam kegiatan di lapangan,
10.
Persiapan Alat dan Logistik
Persiapan alat dan logistik dilakukan demi
kelancaran kegiatan Pengembaraan Lingkungan Hidup ini, alat yang dibutuhkan
tidak terlalu banyak, dan mudah didapat. Selain itu logistik yang dibutuhkan juga
masih bisa dijangkau dengan membelinya, ada juga bantuan yang diberikan oleh
anggota KMPA “FAKTAPALA”.
B. Operasional
1. Senin,
31 Januari 2011.
Pada pukul 08.30-09.00 WIB kami melaksanakan Upacara
Pelepasan Pengembaraan Lingkungan Hidup
Suku Tengger didepan gedung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Tetapi ada
perubahan waktu, karena dalam pembuatan undangan pelepasan ada kesalahan
pengetikan waktu, dan cuaca hujan pada saat itu, sehingga upacara dimulai pukul
09.10-10.05 WIB.
Upacara pelepasan Pengembaraan Lingkungan Hidup
Suku Tengger dihadiri oleh Bpk Abdul Basit M. Ag. Selaku PK III Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Purwokerto, Bpk M. Bahrul Ulum SH. MH selaku Pembina
UKM KMPA “ FAKTAPALA “ serta anggota
KMPA “ FAKTAPALA “.
Setelah upacara pelepasan, kami melakukan
persiapan dalam kegiatan pengembaraan
dengan melengkapi kekurangan peralatan dan logistik yang akan dibawa. Team
Pengembaraan berangkat dari gerbong FAKTAPALA menuju stasiun Purwokerto pada
pukul 18.30 WIB dsn kami diantar oleh teman-teman anggota KMPA “ FAKTAPALA “, sampai
di stasiun Purwokerto pada pukul 18.35 WIB. Kami segera membeli tiket untuk
tujuan stasiun Wonokromo Surabaya dengan tarif
Rp. 31.500,00 per orang. Pada pukul 19.15 WIB kami berangkat dari
stasiun Purwokerto. Kami tidak mendapat tempat duduk karena kereta sangat
penuh, jadi kami berdiri sampai di stasiun Solo.
2. Selasa,
01 Februari 2011.
Team Pengembaraan tiba di Stasiun Wonokromo
Surabaya pada pukul 04.22 WIB kemudian kami langsung membeli tiket kereta api
tujuan Kota Baru Malang dengan tarif Rp.
4.000,00 per orang, kami sampai di stasiun Kota Batu Malang pada pukul 07.55
WIB dan kami melakukan aktivitas pagi, makan, dan istirahat sejenak di stasiun.
Pada pukul 09.00 WIB kami menuju Tursina menggunakan angkutan kota dengan tarif
per orang Rp. 2.500,00. Karena kami membawa cariel 2 buah, maka ada penambahan
biaya sebesar Rp. 2.500,00.
Kami sampai di UIN Malang pada pukul 09.28 WIB
dan langsung menuju secret TURSINA, kami istirahat sambil mengobol dengan
teman-teman TURSINA. Kami bersma teman-teman TURSINA makan siang bersama sampai
pukul 11.00 WIB. kemudian kami kembali ke kampus, dan kami beristirahat sambil
menunggu shalat dzuhur sampai pukul 13.00 WIB. Karena kesalahan dan kelalain kami,
Rencana Operasional hilang, kemudian kami mengetik ulang sampai pukul 14.00 WIB.
Setelah itu kami ramah tamah sampai pukul 16.30 WIB. Kami shalat ashar pada
pukul 16.30 WIB, selesai aktivitas sore pada pukul 19.00 WIB.
Pada pukul 19.00 WIB kami melakukan evaluasi
kegiatan, dengan hasil :
Perjalanan menuju TURSINA
berjalan dengan lancar meskipun tidak sesuai dengan RO.
kemudian kami melakukan koordinasi untuk hari
rabu, 02 Februari 2011, dengan teman-teman TURSINA pada pukul 19.12 WIB. Dengan
hasil :
a. Koordinasi
untuk perjalanan menuju desa Ngadas menggunakan sepeda motor, karena jika
menggunakan angkutan sedikit lebih sulit dalam perjalanan menuju Ngadas,
pemberangkatanpun harus dimulai pukul 03.00 WIB karena angkutan dari Tumpang
menuju Ngadas hanya ada pada saat pagi hari.
b. Sampai
di Ngadas kami menuju rumah Bpk. Mulyadi untuk basecamp kami selama di desa
Ngadas
c. langsung
mengurus perijinan ke Kepala desa.
Setelah koordinasi kami ramah tamah dan makan
malam sampai pukul 22.30 WIB kami istirahat.
3. Rabu, 02
Februari 2011.
Kami bangun pada pukul 05.00 WIB kemudian
melakukan aktivitas pagi seperti shalat, mandi, dan sarapan pagi sampai pukul
08.00 WIB. Kami menuju TURSINA pada pukul 08.00 WIB untuk melakukan persiapan
menuju Ngadas, sebelum pemberangkatan kami melakukan doa bersama dan berfoto
dengan anak-anak TURSINA. Kami didampingi oleh teman-teman TURSINA yaitu:
a.
Nama : Ricko
Wibowo
Nama Lapang : Paimin
Tanggal Lahir : 7 Desember 1988
Sem/Jurusan : Semester 10, Jurusan Ips
Alamat : Paiton, kabupaten Probolinggo.
b.
Nama : Fahmi
Maskuni
Nama Lapang : Benjo
Tanggal Lahir : 16 Juli 1988
Semester, Jurusan : Semester 8,
Jurusan Sastra Arab
Alamat : Btn Jelojok kopang kabupaten Lombok
Tengah (83553)
c.
Nama :
Mujianto
Nama Lapang : Kebok
Tanggal Lahir : 6 Oktober 1989
Sem/Jurusan : Semester 6, Jurusan Manajemen
Alamat : Jl.Sungai Taluditi No 25 Kec.Taluditi.
Kabupaten. Gorontalo
Pada pukul 09.15 WIB kami bersiap-siap untuk berangkat
menuju desa Ngadas dengan menggunakan sepeda motor, sesuai dengan koordinasi
semalam. Sampai di Reast Area Poncokusumo kami dan teman-teman TURSINA
beristirahat sejenak sambil melepas lelah melihat pemandangan sekitar, sambil
menunggu salah satu dari tim yang masih tertinggal di belakang, setelah 25
menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Ngadas yang cukup melelahkan, karena
jalur yang terjal dan menanjak.
Kami tiba didesa Ngadas pada pukul 12.30 WIB,
kemudian kami menuju rumah Bpk Mulyadi untuk mengurus tempat tinggal. Sesampainya
di rumah Keluarga Bpk Mulyadi kami ramah tamah sampai pada pukul 14.00 WIB,
ternyata cuaca didesa Ngadas jauh dari dugaan kami, karena suhu berkisar 18 °C.
kemudian kami lanjutkan Bersih-bersih, untuk tempat istirah kami, lalu kami
Istirahat, Shalat, Masak, dan Makan sampai pada pukul 14.30 WIB. Setelah itu
kami Ramah Tamah, dan menanyakan hal-hal mengenai perizinan di Ngadas kepada
Bpk. Mulyadi, karena beliau itu adalah mantan kepala desa. Kami disarankan agar
menuju rumah Bpk Kades pada malam hari, ba’da isya.
Pada pukul 19.00 WIB kami menuju rumah Bpk
Kades untuk mengurus perizinan, tetapi setelah sampai di sana, ternyata Bpk
Kades sedang ada di Kepanjen, maka kami diminta untuk datang esok hari. Akhirnya
kami kembali menuju rumah Bpk Mulyadi dan ramah tamah dengan keluarganya,
sampai pukul 19.50. WIB.
Setelah itu kami melakukan evakor pada pukul
19.50 WIB dengan hasil sebagai berikut:
Hasil Evaluasi
a. Perjalanan
menuju desa Ngadas berjalan lancar, walaupun bnyak kendala, karena sepanjang
jalan diselimuti oleh kabut tebal.
b. Sampai
di Ngadas Kami menuju rumah Bpk Mulyadi.
c. Belum
mengurus perizinan, karena Bpk Kades sedang tidak dirumah.
Koordinasi untuk hari Kamis, 03 2011.
a. Mengurus
perizinan menuju rumah Kepala Desa.
b. Melakukan
Operasional.
Setelah evakor pukul 20.50 WIB kemudian kami
istirahat.
4. Kamis,
03 Februari 2011.
Kami bangun pagi pukul 05.00 WIB, lalu kami
melakukan aktivitas pagi sampai pukul 07.35 WIB. Sesuai koordinasi kami
berangkat menuju rumah Bpk Kades, oleh Bpk Kades kami diminta untuk ke Kesatuan
Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) kemudian ke Kecamatan. Tetapi Bpk Kades
menyarankan untuk ke Kecamatan saja terlebih dahulu, berhubung hari ini tanggal
merah libur nsional, jadi kami baru bisa turun hari Jumat. Sambil menunggu hari
besok kami tetap diijinkan untuk melakukan kegiatan di Ngadas, tetapi kami
diminta untuk datang menuju rumah Bpk Carik.
Setelah sampai di rumah Bpk. Carik pada pukul
08.05 WIB kami beramah tamah dan meminta ijin melakukan kegiatan di Ngadas. Bpk
Carik juga menyarankan hal yang sama seperti yang dikatakan Bpk Kades untuk
menuju ke Kesatuan Bangsa dan politik (KESBANGPOL) dan Kecamatan. Beliau pun
tetap mengizinkan kami melaksakan kegiatan. Sampai pada pukul 09.10 WIB kami
kembali ke basecamp.
Setelah itu kami melakukan pengamatan di desa
Ngadas sambil beradaptasi dengan kondisi cuaca yang sangat dingin. Kemudian
kami bertemu dengan mbah Jipro warga asli suku Tengger, kami beramah tamah
sambil menanyakan tentang keadaan desa Ngadas dan mengenai Upacara adat, sampai
pada pukul 10.30 WIB kami pulang menuju rumah Bpk. Mulyadi untuk beristirahat
dan merekap data sampai pukul 12.00 WIB.
Kemudian kami makan siang dan melakukan shalat
dzuhur selesai pada pukul 13.06 WIB. Kami melanjutkan pencarian data dengan
mendatangi salah satu rumah warga tidak jauh dari rumah Bpk Mulyadi. Ia bernama
ibu Susi, kemudian kami langsung ramah tamah sambil mencari data tentang
keadaan desa Ngadas dan Upacara adat kasodo dan yang lainnya. Kami selesai pada
pukul 15.10 WIB Kemudian kami langsung merekap data dan melakukan aktivitas
sore seperti masak, bersih-bersih, shalat ashar, dan makan malam sampai pada
pukul 18.30 WIB. Atas saran dari dari Bpk. Mulyadi, kami menuju rumah Mbah Aman
seorang Pemangku Adat yang lebih mengetahui seluk beluk mengenai
upacara-upacara yang ada di suku Tengger. Beliau biasa di panggil Pak Dukun.
Selesai pukul 20.00 WIB, kami melakukan evakor
sebagai berikut :
Hasil
Evaluasi
a. Perijinan
ke Kecamatan dilakukan pada hari Jumat karena pada hari ini bertepatan dengan
Tahun Baru Imlek.
b. Operasional
belum berjalan dengan lancar terutama dalam mewawancarai narasumber masih belum
bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dan dalam mengawali pertanyaan
masih belum teratur.
Koordinasi
untuk Jum’at, 04 Februari
a. Salah
satu dari team, turun untuk mengurus perizinan menuju Kecamatan Poncokusumo.
b. Kemudian
siang harinya menujun ke makam keramat Mbah Sedek, untuk menemui Bpk.
Bumin (juru kunci makam keramat).
c. Mendatangi
rumah Pak Dukun untuk mendokumentasikan ala-alat yang biasa dipakai
untuk Upacara Adat.
Kemudian
setelah evakor pukul 20.47 WIB kami istirahat.
5. jum’at,
04 Februari 2011.
Pada pukul 05.10 WIB kami bangun, dan melakukan
aktifitas pagi seperti Shalat, Masak, Makan dan bersih-bersih, sampai pukul
06.47 WIB. Kemudian sesuai janji kami dengan Pak Ngatrulin selaku Pemangku
adat, kami pun menuju rumah beliau, pada pukul 07.00 WIB untuk medokumentasikan
benda pusaka yang biasa dipakai untuk ritual dalam Upacara-upacara Adat. Kami
selesai pada pukul 08.00 WIB. Kemudian kami kembali ke basecamp.
Salah satu dari team turun untuk mengurus
perizinan, pada pukul 08.00 WIB yaitu Charisma Nur R turun, dengan ditemani
oleh teman dari TURSINA yaitu Ms. Muji untuk menuju Kecamatan Poncokusumo. Selain
itu juga membeli kekurangan logistik untuk hari berikutnya. Sedangkan satu team
menunggu di rumah Bpk Mulyadi, sambil merekap data wawancara. Pada pukul 12.00
WIB Istirahat, Sholat, Masak, dan Makan, sambil menunggu salah satu dari team
pulang.
Rencana untuk ke makam Mbah Sedek terpaksa kami
tunda, dikarenakan salah satu dari team belum kembali. Maka belum bisa melanjutkan
operasional, dan cuaca pada saat itu kurang mendukung, karena hujan turun
sangat deras, dan kabut yang sangat tebal. Pada pukul 16.00 WIB salah satu dari
team kami baru kembali dari Tumpang, sampai di kecamatan harus menunggu cukup
lama, karena Bpk Camat sedang ada tamu.
Kemudian setelah me unggu cukup lama, ternyata
perizinan te rlebih dahulu, harus menuju kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL)
yang berada di kabupaten Malang, baru kemudian menuju kecamatan, karena dari
kecamatan tidak bisa langsung memberi izin untuk melakukan kegiatan di Suku
Tengger, desa Ngadas. Sebelum mendapat surat rekomendasi dari KESBANGPOL yang
ada di Malang kecamatan tidak bisa memberi izin. Meskipun kami sudah
berkoordinasi dengan salah satu dari staf kecamatan, tetapi tetap saja kami
harus menuju KESBANGPOL terlebih dahulu. Maka harus menuju Malang yang jaraknya
cukup jauh dari Tumpang.
Pada pukul 11.00 WIB kami menuju Malang untuk
mencari Kantor KESBANGPOL, kemudian setelah ditemukan kantornya, salah satu
dari team mengurus perizinan, tetapi pada saat itu pimpinan sedang ada acara di
Kabupaten, permintaan telah diterima, surat akan dibuat, kami diminta untuk
datang lagi pada hari senin untuk mengambil surat, dan untuk sementara hanya
diberikan surat tanda bukti bahwa kami sudah mengurus perizinan. Akhirnya kami
memutuskan utuk kembali ke desa Ngadas pada pukul 13.40 WIB, sampai di Ngadas pada
pukul 16.00 WIB.
Setelah itu kami melakukan aktifitas sore,
Shalat, Masak dan bersih-bersih, dan makan sampai pukul 18.30 WIB, kemudian
kami berbincang dengan Bpk. Mulyadi sampai pukul 20.00 WIB. Kami melakukan evakor pada pukul 20.00 WIB
dengan hsil sebagai berikut:
Hasil evaluasi
a.
Waktu untuk mengurus
perizinan, ternyata cukup lama sehingga operasional terhambat.
b.
Kondisi cuaca tidak
memungkinkan sehingga operasional tidak bisa dilanjutkan, maka tidak bisa
mendatangi Juru Kunci Makam Mbah Sedek.
c.
Pada saat datang ke rumah Bpk
Ngatrulin tepat waktu.
Koordinasi Sabtu, 05 Februari 2011.
a.
Menuju rumah Bpk. Bumin juru
kunci makam keramat.
b.
Menuju rumah Bpk. Sampetno
(Sesepuh Suku Tengger Ngadas).
c.
Menuju rumah Bpk. Istono (Legen).
d.
Menuju rumah Bpk. Tuyar
(Pimpinan Jaran Joged)
Setelah evakor kami istirahat pukul 21.00 WIB.
6. Sabtu,
05 Februari 2011.
Kami bangun pada pukul 05.40 WIB dikarenakan
kondisi hujan deras, sehingga kami bangun terlambat. Kemudian kami langsung
melakukan aktivitas pagi seperti biasanya sampai pukul 08.00 WIB. Kami menemui
Bpk. Sampetno (sesepuh suku Tengger) untuk
menggali data mengenai upacara adat yang di Suku Tengger khususnya Kasodo
sampai pukul 10.00 WIB kemudian kami melanjutkan untuk menuju rumah Bpk. Bumin
Juru Kunci yang akan mengantar kami ke makam mbah Sedek. Setelah
berbincang-bincang dengan mbah Bumin, kemudian kami diantar ke makam mbah
Sedek.
Kami melakukan observasi dan mendokumentasikan
makam mbah Sedek. Setelah itu kami menuju rumah Bpk. Sampetno anak dari mbah
Bumin. Selesai pukul 12.05 WIB kami kembali ke rumah Bpk. Mulyadi untuk
melakukan istirahat, shalat, makan dan merekap data sampai pukul 13.00 WIB.
Kami melanjutkan pencarian data tentang
kesenian adat Tengger, maka kami mendatangi tempat tinggal Bpk Tuyar yang
merupakan pimpinan dari jaran joged.
Setelah itu kami menuju rumah Bpk Istono yang merupakan orang yang membawa
alat-alat yang digunakan dalam upacara adat. Kemudian kami melakukan aktivitas
sore sampai pukul 18.30 WIB. Sebelum kami melakukan evaluasi kegiatan, kami ramah
tamah dengan keluarga Bpk Mulyadi. Pada pukul 19.00 WIB kami melakukan evakor dengan
hasil sebagai berikut:
Hasil
evaluasi
a.
Operasional sudah ada
kemajuan
b.
Mencari data dengan
mendatangi Juru Kunci Makam Mbah Sedek.
c.
Mencari data menujuj rumah
Bpk Istono selaku Pak legen.
d.
Dalam mewawancarai lebih
ditingkatkan lagi
Koordinasi Minggu, 06 Februari 2011
a.
Melengkapi data di rumah Bpk.
Sampetno
b.
Melengkapi data-data penduduk
dan keadaan desa Ngadas ke Kepala Desa dan Carik
c.
Ramah tamah dan mencari data
ke Penduduk asli suku Tengger
d.
Bangun Pagi
e.
Melihat Kesenian Bantengan
Setelah evakor pukul 20.00 WIB kami istirahat.
7. Minggu,
06 Februari 2011.
Pada hari ini kami bangun sesuai yang kami
rencanakan pukul 04.30 WIB. Seperti biasa aktivitas pagi seperi shalat, masak,
bersih-bersih, dan makan kami lakukan.
Kami selesai pada pukul 08.00 WIB. Sesuai dengan koordinasi kami langsung
melakukan pencarian data penduduk dan kondisi desa Ngadas, namun berhubung Bpk
Kepala desa belum bisa ditemui jadi kami melanjutkan pencarian kerumah Bpk
Carik.
Sampai dirumah Bpk Carik kami berbincang-bincang
sebentar sambil menanyakan tentang data-data penduduk di Ngadas. Atas saran Bpk
Carik kami diminta untuk datang ke Kelurahan pada esok hari. Kemudian kami
melanjutkan pencarian data ke peduduk asli Ngadas tepatnya dirumah Tika.
Melihat kondisi cuaca yang cukup baik, kami berniat untuk pergi ke ladang untuk
mengamati dan mengunjungi pemilik jaran jogged yang nantinya akan digunakan
dalam acara khitanan pada hari Selasa. Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 WIB.
Setelah dari ladang kami pulang untuk istirahat
shalat, masak, dan makan. Selesai pukul
13.40 WIB kami menuju rumah Bpk. Sampetno untuk mencatat penanggalan adat Suku
Tengger. Setelah itu kami melanjutkan pencarian data kerumah mba Anis sampai
pukul 16.00 WIB.
Kami melakukan aktivitas sore seperti
bersih-bersih, shalat, masak, dan makan malam. Setelah makan malam kami berbincang
sebentar sambil menanyakan tentang kesenian Bantengan yang akan kami lihat. Dan,
pada pukul 19.30 WIB kami keluar menuju tempat diadakannya kesenian Bantengan.
Kami tidak melihat kesenian Bantengan sampai selesai karena waktu sudah larut
malam, kami hanya melihat sampai pukul 22.00 WIB. Sesampainya dirumah kami
langsung melakukan evakor dengan hasil sebagai berikut :
Hasil evaluasi
a. Bangun
sudah tepat waktu
b. Data yang
diambil dari Pak Carik, masih belum bisa dilengkapi dikarenakan data-data
berada di Keluharan, sedangkan pada hari Minggu tutup.
c. Kami
ramah tamah dengan warga Tengger.
d. Opersional
sudah berjalan dan sudah ada peningkatan dalam memperoleh data.
Koordinasi Senin, 07 Februari 2011
a. Melengkapi
data ke Balai Desa.
b. Melengkapi
kekurangan data-data yang ada.
c. Merapikan
data yang diperoleh.
Setelah evakor kami istirahat pukul 22.00 WIB.
8. Senin,
07 Februari 2011.
Hari ini
kami bangun pada pukul 05.30 WIB, kemudian kami melakukan aktifitas pagi
seperti, shalat, masak, bersih-bersih dan makan sampai pukul 07.30 WIB.
Kemudian kami menuju kantor Kepala Desa Ngadas, sambil menunggu kantor kepala
desa yang belum buka, kami ramah tamah dengan warga Ngadas. Sampai pukul 08,00
WIB akhirnya kami bertemu dengan Bpk Kades, kemudian kami meminta data-data
desa Ngadas, seperti batas desa, luas wilayah desa, jumlah penduduk dan peta
desa ngadas.
Kami
mencatat data-data tersebut sampai pukul 11.00 WIB, tetapi peta desa ngadas
belum diberikan, maka kami diminta untuk datang lagi pada pukul 13.00 WIB.
Setelah kami mencatat data dari kepala desa, kami merekap data sambil
beristirahat sampai pukul 11.30 WIB. Setelah itu kami istirahat, shalat dan
kami masak seperti biasa, setelah makan kami bersih-bersih sampai pukul 13.00
WIB.
Kemudian
kami datang kembali ke kantor kepala desa untuk mengambil peta desa ngadas.
Kemudian kami kembali ke rumah Bpk. Mulyadi, kami melanjutkan merekap data
sampai pukul 15.00 WIB. Setelah itu kami melakukan aktifitas sore seperti,
shalat, masak, makan dan bersih-bersih sampai pada pukul 18.00 WIB. Kemudian
kami berbincang dengan keluarga Bpk Mulyadi sampai pukul 19.00 WIB. Setelah itu
kami packing untuk persiapan esok hari, karena kami akan mengikuti arak-arakan Jaran
Joged, sampai pukul 20.00 WIB. Setelah itu kami evakor, dengan hasil
sebagai berikut :
Hasil
evaluasi
a. Bangun
terlambat karena malamnya kami lelah melihat kesenian Bentengan.
b. Data
dari Kepala Desa sudah lengkap.
c. Data-data
sudah tertata rapi.
Koordinasi
untuk Selasa, 08 Februari 2011.
a. Melanjutkan
packing.
b. Menyelesaikan
akomodasi dengan keluarga Bpk. Mulyadi.
c. Mengikuti
arak-arakan kesenian Jaran Joged.
d. Persiapan
pulang menuju Kampus UIN Malang.
Setelah
itu kami istirahat pada pukul 22.00 WIB.
9. Selasa,
08 Februari 2011.
Kami
bangun pada pukul 05.00 WIB, dan melakukan aktifitas pagi seperti biasa,
shalat, masak, makan dan bersih-bersih sampai pukul 08.00 WIB. Kemudian kami
melanjutkan packing sampai pukul 09.30 WIB. Setelah itu kami ramah tamah dengan
Bpk. Sampetno, kami hanya sebentar, karena Bpk Sampetno akan menghadiri hajatan
orang yang akan menyelenggarakan Jaran Joged.
Kemudian
pada pukul 10.00 WIB kami menuju rumah Mb Anis untuk melihat Jaran Joged,
karena rumahnya dekat dengan orang yang sedang hajatan. Kami menunggu sambil
ramah tamah dengan keluarga Mb. Anis, tetapi Jaran Joged yang jadwalkan
pukul 11.00 WIB sudah dimulai ternyata kami menunggu sampai pukul 13.00 WIB
arak-arakan Jaran Joged dimulai, kami mengikutinya sampai selesai, pukul
14.00 WIB. Setelah itu kami kembali menuju rumah keluarga Bpk Mulyadi untuk
berpamitan pulang menuju malang.
Kami
pulang menggunakan sepeda motor, bersama dengan teman-teman dari TURSINA. Pada
pukul 15.30 kami sampai di tumpang, karena jalurnya menurun maka kami cepat
sampai di tumpang. Setelah itu kami menuju ke malang untuk istirahat dan makan
sampai pukul 16.00 WIB. Kemudian kami menuju TURSINA sampai pada pukul 16.30
WIB setelah itu, kami istirahat dan shalat sambil ramah tamah dengan
teman-teman TURSINA sampai pukul 18.00 WIB.
Kemudian
pada pukul 18.00 WIB kami istirahat, shalat dan makan sambil Ramah tamah dengan
teman-teman TURSINA sampai pukul 19.00 WIB. Setelah itu kami evakor dengan
hasil sebagai berikut :
Hasil
evaluasi
a. Aktifitas
pagi melanjutkan packing.
b. Akomodasi
sudah tersselesaikan.
c. Menunggu
kesenian Jaran Joged ternyata tidak sesuai dengan informasi.
d. Perjalanan
pulang lancar.
Koordinasi
hari Rabu, 09 Februari 2011
a. Menuju
PALMSTAR STAIN Jember sesuai jadwal kereta api.
b. Hari
jum;at pagi pulang menuju purwokerto.
Kemudian setelah itu kami istirahat pukul 19.30 WIB.
10.
Rabu, 09 Februari 2011.
Kami
bangun seperti biasa pukul 05.30 WIB, dan kami melukukan aktifitas pagi sperti
mandi, shalat, dan sarapan pagi. Kemudian kami berangkat menuju TURSINA. Disana
kami kami berpamitan untuk menuju STAIN Jember dengan teman-teman TURSINA yang
belum kami kenal. Sampai pukul 11.00 WIB, kami Istirahat, shalat, dan makan.
Kemudian kami pergi mencari oleh-oleh dan kenang-kenangan untuk Ms Muji.
Setelah
itu kami pulang dan berpamitan mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya, dengan
teman-teman TURSINA untuk pulang dan menuju ke STAIN Jember. Setelah kami siap,
kami berangkat menuju Stasiun Malang dengan diantar oleh teman-teman TURSINA.
Di tengah perjalanan menuju stasiun salah satu dari kami yaitu mba Maya b urhenti
ntuk membeli oleh-oleh. Sesampainya di Stasiun kami langsung membeli tiket dan
menunggu kereta sambil berfoto dengan teman-teman TURSINA. Kami berpamitan dan
masuk kereta api, perjalanan yang kami tempuh kurang lebih 7 jam perjalanan.
Kami sampai di stasiun Rambi Puji Jember pada pukul 19.30 WIB kemudian kami istirahat,
makan.
Setelah
itu kami menuju ke STAIN Jember, bersama dengan reman-teman PALMSTAR, setelah
makan malam, kami pun ramah tamah dengan mereka sampai pukul 22.00 WIB kami
istirahat. Kami tidak melakukan evakor, karena pada saat itu kami terlalu lelah.
11.
Kamis, 10 Februri 2011.
Kami
bangun pukul 05.30 WIB seperti biasanya. Kemudian kami melakukan aktifitaas
pagi sampai pukul 08.00 WIB. Kami ramah tamah dengan anak PALMSTAR sampai pukul
12.00 WIB.kami lansung istirahat, shalat dzuhur dan bersiap-siap mengelilingi
Kota Jember untuk menemani Mugat salah seorang anak PALMSTAR membagi undangan
Lomba Panjat Dinding tingkat Nasional.
Mapala
yang pertama kami datangi UMJ kemudian ke PALAPA fakultas MIPA Universitas
Jember dan menuju HIMACITA. Mapala yang terkhir kami singgahi MAPENSA fakultas
Pertanian UMJ. Sampai pukul 17.00 WIB kami berpamitan pulang dan sesampainya
kami langsung menuju kost untuk beristirahat karena esoknya kami akan pulang
menuju Kampus STAIN Purwokerto.
12.
Jum’at, 11 Februari 2011.
Pada
pukul 03.00 WIB kami bangun dan langsung bersiap-siap menuju stasiun Jember.
Kami diantar oleh teman-teman dari PALMSTAR, dan sampai di stasiun kami langung
membeli tiket jurusan Purwokerto dengan tarif Rp 41.000 per orang. Kami
berpamitan dengan teman-teman PALMSTAR, kemudian kami langsung menaiki kereta
api, karena kereta akan segera berangkat. Kereta berangkat pukul 05.00 WIB dan
sampai di stasiun Purwokerto pukul 19.15 WIB. Ternyata, teman-teman FAKTAPALA
sudah menunggu kedatangan kami kemudian kami makan di sekitar stasiun. Setelah
itu kami menuju STAIN Purwokerto untukk arantina pra pengembaraab di ruang UKM
Teater. Di ruang karantina kami sharing dengan salah satu anggota “FAKTAPALA”/
kemudian kami bersih-bersih dan istirahat.
C. Laporan Keuangan
1. Pemasukan
a. Dana
kampus : Rp
800.000,00
b. Iuran
peserta 2 @ x Rp. 396.000 : Rp
792.000,00
c. Iuran
pendamping : Rp
150.000,00
d. Perhutani
Banyumas Barat : Rp 500.000,00
e. Bank
Syariah Mandiri : Rp
100.000,00
f. Donatur : Rp
100.000,00 +
Total
Pengeluaran :
Rp 2.442.000,00
2. Pengeluaran
a. Kesekretariatan : Rp 346.550,00
b. Logistik : Rp 371.250,00
c. Perlengakpan : Rp 55.800,00
d. Konsumsi : Rp 182.000,00
e. P2 : Rp 8.800,00
f. Transportasi : Rp 342.000,00
g. Dokumentasi : Rp 345.000,00
h. Akomodasi : Rp 365.500,00
i.
LPJ : Rp 40.000,00
j. Lain-lain : Rp 382.000,00
Total
pengeluaran :
Rp 2.442.000,00
Saldo :
Rp 0,00
D. Pasca Operasional
1. Karantina
Pasca Pengembaraan
Karantina
pasca pengembaraan kami lakukan guna mencheklist ulang, peralatan yang dipakai
pada saat pengembaraan. Sehungga tidak ada kekurangan pada saat pengembalian
alat-alat.
2. Pengumpulan
data
Team
pengembaraan, melakukan pengumpulan data yang di dapat, guna penyusunan laporan
pertanggungjawaban, baik data dari pasca sampai pra pengembaraan.
3. Penyusunan
Laporan Kegiatan
Team
melakukan penyusunan laporan pertanggung jawaban, dar data-data yang telah
dikumpulkan dari pasca sampai pra pengembaraan.
4. Presentasi
Hasil Kegiatan
Team memprasentasikan hasil laporan
pertanggungjawaban di depan para penguji. Dilaksanakan pada :
a. Hari,
tanggal : Selasa, 07 Maret 2010
b. Tempat : Gedung Syariah Lantai II
c. Penguji : Ketua Sidang : Helmi Nasriyanti
Sekretaris sidang : Titi Umiyati
Penguji I :
Sujudi Akbar
Penguji II :
Yosep Mahendra
Penguji III :
M. Irfangi
Penguji IV :
Nurfatikhah Y
Penguji V :
Titi Umiyati
Penguji VI :
Rahma Nurfaidah
Penguji VII :
M. Ilham Triyadi
Penguji VIII :
Rizalul Nasirudin
d. Peserta
kegiatan :
1) Charisma
Nur Rohmi
2) Yuni
Wijianti
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Analisis Data
Dalam
pembahasan hasil kegiatan ini, metode yang digunakan adalah tehknik analisis
data Deskriptif Kualitatif. Proses analisis data dilakukan setelah seluruh data
telah terkumpul sesuai sistematika penulisan leporan hasil kegiatan
pengembaraan, kemudian dalam penyusunan analisis data menggunakan bahasa yang
sederhana dan dibandingkan dengan data yang sudah ada.
1. Berdasarkan
pengamatan langsung (Observasi)
Hasil
dari Observasi yang kami lakukan di Suku Tengger desa Ngadas ini, dengan
hasil sebagai berikut :
a. Data
tentang Suku Tengger
1) Suku
Tengger yang kami datangi ini adalah salah satu daerah dari 4 daerah Suku
Tengger yang ada di jawa timur, yaitu di desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang. Suku Tengger yang ada di Ngadas ini sangat menjaga
upacara-upacara adat yang telah ada dari para leluhurnya sangat dijaga dari
penanggalannya tidak ada perubah sedikitpun, sesuai dengan penanggalan yang
sudah ada, berbeda dengan Suku Tengger di daerah yang lain.
2) Suku
Tengger yang ada di ngadas ini masyarakatnya sangat pluralis, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari warga desa ngadas ini rukun dan saling menghormati satu
sama lain. Di ngadas ini, seluruh agama mengikuti setiap upacara adat yang
dilakukan, meski itu berbeda dengan agamanya tetapi itu semua sudah menjadi
sebuah adat yang tidak bisa ditinggalkan oleh Suku Tengger yang ada di ngadas
ini, karena di Ngadas ada seorang
pemimpin yang menjadi pedoman bagi Suku Tengger dalam menjalankan
upacara-upacara adat Suku Tengger yaitu Pak Dukun. Beliau sangat berpengeruh
bagi warga Tengger sendiri, karena beliau lebih mengerti seluk beluk dalam
upacara adat yang ada di Suku Tengger.
b. Keadaan
Masyarakat
Suku
Tengger yang ada di desa ngadas ini mayoritas beragama Hindu dan selebihnya
Budha dan Agama Islam. Tetapi meski demikian warga Tengger ini sangat rukun,
tidak ada yang saling memusuhi meski berbeda agama, mereka tetap saling
menghormati, dengan warga pendatang dan orang asing meraka juga sangat ramah.
Warga yang ada di ngadas ini seluruhnya adalah petani. Mekipun warga Tengger
ini tidak memiliki rumah adat, tetapi mereka sangat menjaga adat istiadat yang
sudah ada. Perumahan warga Tengger sekarang sudah semi moderen,
2. Berdasarkan
wawancara (Interview)
a. Sejarah
Suku Tengger
Penduduk
suku Tengger merupakan keturunan Roro Anteng dan Joko seger. Sejarah suku Tengger masih berkaitan
dengan upacara Kasada. Pada awalnya Roro Anteng dan Joko seger bertemu dan
saling jatuh cinta. Keduanya kemudian menikah tetapi tidak dikaruniai seorang
anak. Mereka memohon kepada Dewata agar dikaruniai anak, Roror anteng bertapa
di Bromo dan akhirnya doa mereka didengar dengan syarat anak bungsu mereka
dikorbankan ke kawah Bromo. Mereka terus dikaruniai anak sampai anak yang terakhir,
mereka ingat akan janji mereka dulu yaitu mengorbankan anak bungsu mereka.
Kemudian mereka mengorbankan si bungsu ke kawah dengan perasaan duka. Roro
Anteng dan Joko Seger kemudian mengumumkan kepada penduduk agar setiap tahun
memberikan sesaji ke kawah Bromo yaitui pada Peryaan kasada. Jadi
Tengger berasal dari kata Roro anteng dan Joko Seger.
b. Keagamaan
Bagi
warga Tengger semua agama itu sama dan tidak ada perbedaan, hanya saja
kepercayaannya. Tetapi dalam menjalankan upacara adat semua melaksanakna, meski
berbeda dengan kepercayaan dalam agama masing-masing. Suku Tengger ini, selalu
melakukan Upacara Adat Kasodo, sebagai wujud terimakasih kepada dewata yang ada
di Bromo (wangsit Roro Anteng). Karena keinginan yang diminta sudah
terkabulkan, maka dilakukan kasodoan di Bromo.
c. Perekonomian
Suku
Tengger yang ada di Ngadas ini, mata pencahariaan utamanya adalah bertani,
penghasilan utamanya adalah sayuran kubis, daun Bawang, dan kentang. Dan, ada
juga yang beternak di ladang.
d. Pendidikan
dan Kesehatan
Warga
Tengger di ngadas ini, sebagian besar pendidikannya hanya sampai SMP, dan
sebagian yang mampu melanjutkan ke SMA di luar ngadas, ada satu dua orang yang
mampu melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di luar ngadas, karena di desa
ngadas pendidikannya hanya sampai jenjang SMP, itupun tidak semua melanjutkan.
e. Adat dan
Kebudayaan
Dalam
upacara-upacara yang dilakukan oleh Suku Tengger seluruh warga ngadas mengikuti
dan tidak ada perbedaan dalam agama, dan bagi orang yang datang tidak
disyaratkan apapun. Upacara yang ada di Ngadas ini, ada Upacara Pribadi dan
Keseluruhan, yaitu upacara Entas-entas, Kelahiran (tugel kuncung dan Tugel
Tombak), kematian, Khitanan, termasuk upacara pribadi. Sedangkan upacara
Kasodo, Mayu Banyu, Mayu Desa, Karo, Bari’an, termasuk upacara keseluruhan.
Pelaksanaan
dalam upacara adat ada beberapa kesamaan dengan adat jawa, tetapi tujuannya ada
perbedaan, karena ada ritual dalam setiap upacara adat. Biasanya dalam upacara
tertentu ada kesenian jaran joged.
f. Pustaka
Referensi
yang kami gunakan tidak ada buku mengenai Suku Tengger, kami hanya menyalin
data dari Desa Ngadas dan lainnya diambil dari hasil wawancara. Dari referensi
yang didapat, hanya didapat dari Pak Dukun karena yang mau bercerita tentang Suku
Tengger hanya Pak Dukun, warga Suku Tengger tidak berani untuk menceritakan,
karena itu wewenang dari Pak Dukun. Tetapi data yang dihasilkan sudah lengkap
dalam menjelaskan gambaran umum Suku Tengger, dari warga Suku Tengger. Setiap
narasumber menjelaskannya berbeda-beda, tetapi kami telah memperoleh gambaran
umum Suku Tengger pada saat operasional.
g. Dokumentasi
Sebagian
foto kami ambil di Suku tengger yang ada di Desa Ngadas ini, foto yang kami
peroleh dapat meperjelas informasi tetntang beberapa hal yaitu :
1) Keadaan
Rumah di Suku Tengger.
2) Pemukiman
penduduk.
3) Tempat
untuk ibadah Suku Tengger, desa Ngdas.
4) Aktifitas
warga, seperti menyiram tanaman, mengambil kayu.
5) Foto-foto
tentang profil desa Ngadas lainnya.
B. Evaluasi kegiatan Pengembaraan
1. Evaluasi
Pra Operasional
a. Pendalaman
Materi
Kami
sudah berusaha untuk memaksimalkan pendalaman materi, ketika pendalaman kami
juga menanyakan apa yang kami butuhkan pada saat kegiatan, agar nantinya tidak
ada kebingunan.
b. Proses
Pencarian Data
Proses
pencarian data Suku Tengger masih kurang lengkap, menyebabkan kurangnya
persiapan pada saat di lapangan.
c. Latihan
Fisik
Latihan
fisik masih kurang maksimal karena hanya dilakukan 3 kali dalam dua minggu.
d. Karantina
Karantina
dalam pengembaraan kami lakukan, sudah cukup baik dalam kekompakan team, kami
mulai mengenal satu sama lain lebih dalam. Tetapi dalam pelaksanaannya, kami
masih kurang maksimal karena kami hanya membuat draf-draf pertanyaan untuk
operasional. Seharusnya kami meperdalam materi yang sudah kami dapat.
e. Penggalangan
Dana
Alokasi
penggalangan dana kami sudah mempersiapkannya 2 bulan sebelum pelaksanaan
kegiatan, namun beberapa penempatan ada yang kurang tepat, karena instansi
pemerintah ada dana khusus pada bulan april-maret, pada bulan November-desember
sudah mulai tutup tahun. Target kami instansi pemerintah dan swasta. Hal demikian mengakibatkan ada penolakan proposal.
Berkat usaha keras kami, ada instansi pemerintah yang menerima.
2. Evaluasi
Biaya Transportasi
Biaya
transportasi mengalami pengurangan, dikarenakan perjalanan menuju Suku Tengger,
Ngadas bisa di hemat pengurangan sekitar 50 %.
3. Evaluasi
Logistik
Dalam
hal logistic kami mengalami pembengkakan, dikarenakan kami tidak belanja, kami
hanya menitip dengan keluarga Bpk. Mulyadi. Dan kami sebagian membeli makanan
instan. Yang semula hanya di alokasikan untuk 4 orang ternyata kami tinggal
bersama keluarga Bpk. Mulyadi.
4. Evaluasi
Lapangan
Letak
desa Ngadas, kami perkirakan sama seperti di desa seperti biasanya, ternyata
sangat berbeda suhunya, jauh dari dugaan kami. Hal yang menjadikan perubahan
dalam rencana operasional adalah perizinan yang cukup rumit, maka menyebabkan
terhambatnya operasional.
5. Evaluasi
Penerapan Materi
Pendalaman
materi yang kami lakukan sebelum kegitan Pengembaraan masih kurang maksimal
sehingga kami banyak mengalami kesulitan-kesulitan di lapangan. Kesulitan yang
kami peroleh seperti dalam mewawancarai masih kurang maksimal terutama dalam
mengawali pertanyaan dan memnculkan pertanyaan-pertanyaan baru. Selain itu
etika mewawancarai kadang kami langgar seperti memotong pembicaraan. Hal ini
kami jadikan proses pembelajaran agar menjadi yang lebih baik lagi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa, Suku Tengger berada di empat
kabupaten, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Malang. Tetapi adatnya sudah
berbeda, hanya masyarakat Suku Tengger di Ngadas ini yang masih menjaga adat
istiadat, karena Upacara Adat di Suku Tengger yang lain sudah ada perbedaan
penanggalannya. Warga Tenggger di ngadas mayoritas mata pencahariaannya adalah petani,
dan ada beberapa yang membuka warung rumahan.
Suku
Tengger di Ngadas terletak diketinggian 2100 mdpl. Curah hujan di desa Ngadas
ini tiap tahun berkisar 3000 mm dengan suhu udara pada malam hari sekitar 14 °C
dan 18 °C pada siang hari. Sehingga masyarakat Suku Tengger di ngadas lebih
memilih bekerja di kebun sebagai petani. Masyarakat Suku Tengger berpendidikan
sampai SMP dan gurunya bukan dari penduduk asli Tengger, tetapi mulai tahun
2009 sudah ada beberapa guru yang berasal dari Tengger, dan bagi orang
Tengger yang mampu, melanjutkan
pendidikan anak-anaknya ke luar Ngadas.
Masyarakat Tengger memiliki upacara
adat yang seluruh masyarakatnya mengikutinya yaitu Karo. Perayaan Karo
atau Hari Raya Karo masyarakat Tengger jatuh pada bulan kedua dalam
kalender Tengger (Bulan Karo). Sebelum upacara inti biasanya diadakan
bersih desa. Seminggu sebelum upacara diadakan acara Ping Pitu. Tahapan upacara
karo yaitu upacara Banten, Tumpeng Gede, Sesanding,
dan Ngeroan. Tahapan berikutnya dalah tumpeng Gede.
Dalam upacara
tersebut penduduk Desa Ngadas membawa sesaji ke rumah kepasla desa kemudian
sesaji yang merekas bawa didoakan oleh Pak Ngatrulin selaku pemangku adat.
Sejaji tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh masyarakat. Tahapan
selanjutnya yaitu upacara sesanding. Dalam upacara tersebut dilakukan
oleh masyarakat di rumah masing-masing dengan memanjatkan doa. Setelah berdoa
di rumah masing-masing, kepala desa, pemangku adat, dan perwakilan masyarakat
memeberi sesaji ke tiga elemen pembentuk desa (tanah, ladang dan danyang).
Tahapan berikutnya
yaitu ngeroan. Dalam upacara tersebut pembacaan 27 doa di rumah
masing-masing warga. Tahapan terakhir yaitu ping pitu yang kedua dengan
memasang sesaji dan didoakan oleh pemangku adat. Acara adat ping pitu yang
kedua dilakukan satu minggu setelah acara utama, hari berikutnya acara sadranan
di makam yang diserta dengan acara makan bersama di makam Desa
Ngadas. Rangkaian upacara karo diakhiri dengan upacara ujung-ujungan
yaitu upacara pelepasan baju kemudian diganti dengan memakai sarung yang
dilakukan di rumah kepala desa.
Masyarakat
Tengger beragama, Budha, Hindu, dan Islam. Masyarakat Suku Tengger, meskipun
berbeda agama dan kepercayaan tetapi hubungan kekerabatannya sangat kuat. Meskipun terdapat tiga agama yaitu
Hindu, Budha, dan Islam, namun mereka hidup berdampingan secara rukun dan
saling menghormati. Jika menyangkut tradisi masyarakat Tengger, mereka akan
bersatu mengikuti adat yang berlaku yaitu sebagai masyarakat suku Tengger.
Larangan
yang ada di masyarakat Suku Tengger yaitu membuang sampah sembarangan, menebang
pohon, melangkahi kayu yang ada di tungku, karena setiap karo tungku itu dibacakan
matra oleh Pak Dukun ke rumah-rumah warga Tengger.
Proses
Pengembaraan Lingkungan Hidup ini mengalami kendala pada operasional kegiatan
terutama perijinan karena kurangnya informasi dan hubungan komunikasi yang
kurang lancar. Selain itu suhu udara di desa Ngadas yang cukup dingin membuat
kegiatan operasional kuang maksimal. Tetapi untuk hasil keseluruhan proses
Pengembaraan Lingkungan Hidup ini berjalan lancar..
B. Saran-saran
Dari hasil kegiatan Pengembaraan Lingkungan
Hidup di Suku Tengger Kabupaten Malang, Kecamatan Poncokusumo, Jawa Timur. Kami
dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Kita
harus menghormati adat istiadat Suku Tengger.
2. Tidak
boleh membuang sampah sembarangan.
3. Tidak
boleh menebang pohon sembarangan.
4. Tidak
boleh beternak di lingkungan warga.
5. Tidak
beleh memasuki Makam Mbah Sedek tanpa seizin dari juru kunci.
6. Kita
harus selalu ramah kepada orang lain.
7. Meminta
izin kepada Bpk. Kepala Desa jika akan melakukan kegiatan.
8. Mempersiapkan
fisik yang maksimal, karena kondisi suhu di Suku Tengger berkisar ± 10 sampai
18 °c.
C. Rekomendasi
1. Persiapan
yang matang sebelum operasional.
2. Memaksimalkan
pendalaman materi.
3. Memaksimalkan
karantina.
4. Mencari
informasi sebanyak-banyaknya agar operasional berjalan dengan lancar.
5. Melakukan survey sebelum kegiatan.
6. Tingkatkan
rasa kebersamaan.
7. Memaksimalkan
evaluasi dan koordinasi.
8. Tingkatkan
komunikasi dalam team.
9. Memfungsikan
pendamping sebagaimana fungsinya.
D. Kata Penutup
Alhamdulillah, kami mengucapkan rasa syukur
kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
kepada kita sehingga kita dapat membentuk tim pengembaraan Lingkungan Hidup Suku
Tengger propinsi Jawa Timur dan memnyelesaikan proses kegiatan dari pra
operasional, operasional, dan pasca operasional dengan lancar tanpa halangan
apa-apa. Kami menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
laporan ini. Oleh karena itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun,
agar pembuatan laporan yang akan datang lebih baik lagi.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami dari pra operasional, operasional, pasca operasional
dan sampai penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
http://malangraya.web.id,
11 februari 2009.diambil pada hari Kamis, 10 Oktober 2010.Pukul 11.08
Sugiono.2010.Metode penellitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Skripsi, Aji Nur Shofiah. 2007. Kajian
Hukum Islam Tentang Adat Nyangku Di Desa Panjalu Kecamatan Panjalu Kabupaten
Ciamis. Purwokerto : STAIN Purwokerto.
Moelong, Lexy J. 2001. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya.
Wachid, Abdul dan Heru Kurniawan. 2010.
Kemahiran Berbahasa Indonesia. Purwokerto : STAIN Purwokerto Press.
Tim Pengembaraan Suku Sasak NTB. 2010.
Purwokerto : KMPA “FAKTAPALA”.
http://malangraya.web.id/11 februari 2009.Diambil
pada hari Kamis, 10 Oktober 2010.Pukul 11.08