PROBLEMATIKA SISWA MENULIS DAN MENERJEMAH
BAHASA ARAB DI MI MUHAMMADIYAH 1 BABAKAN KECAMATAN KALIMANAH KABUPATEN PURBALINGGA
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Purwokerto
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Penulis
Skripsi
Disusun
Oleh:
Nama : Charisma Nur Rohmi
NIM : 092332007
SMT : VII
PROGRAM
STUDI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2012
METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
DI MI ISTIQOMAH SAMBAS
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan
Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto
Guna
Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi
Disusun
Oleh:
Nama : Charisma Nur Rohmi
NIM : 092332007
SMT : VII
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2012
PROBLEMATIKA
SISWA MENULIS DAN MENERJEMAH
BAHASA ARAB
DI MIM 1 BABAKAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa arab kini memiliki kedudukan yang sangat
istimewa, bukan hanya sebagai bahasa al-Qur’an dan bahasa umat Islam saja, bahasa
Arab saat ini sudah menjadi bahasa Internasional, keberadaannya kini sudah
tidak diragukan lagi. Dengan ungkapan lain, kita berbangga hati bisa
mempelajari bahasa Arab, namun pada dasarnya setiap bahasa itu komunikatif bagi
para penuturnya, ketika melihat dari sudut yang berbeda sebenarnya tidak ada
bahasa yang unggul atau pun paling unggul, karena semua bahasa memiliki
kesamarataan dalam statusnya. Adapun karakteristik dalam bahasa itu merupakan
kelebihan dari bahasa masing-masing itu, bahasa Arab memiliki karakteristik
yang sangat istimewa selain bahasa al-Qur’an dilihat dari struktur tatanannya bahasa
yang indah juga sangat berbeda dari bahasa lain, karena sekaligus menuntut
kejelian dalam memahaminya.
Tersebarnya bahasa Arab di dunia Internasional semakin
menampakkan ciri keinternasionalan bahasa Arab. Dalam hal ini Arsyad (2004:
14-15) sebagaimana dikutip oleh Acep Hermawan, menjelaskan bahwa:
“Ciri ini
terlihat sejak kebangkitan sastra Arab pasca lahirnya Islam yang mencangkup
beberapa bangsa yang berbeda-beda. Semuanya tercelup dalam satu kebudayaan yang
beridentitas Arab, termasuk Pakistan, Afganistan, Melayu, Indonesia,
Mauritania, Nigeria, Somalia, dan lain-lain. Ciri lainnya dapat ditelusuri dari
banyak lafal yang dipinjam dari bahasa Arab yang telah menjadi kosa kata bahasa
Internasional.”[1]
Kekuatan bahasa Arab sampai saat ini telah “bereksplorasi”
ke dalam berbagai ranah yang menjadikannya semakin diperhitungkan oleh
masyarakat dunia di samping eksistensinya sebagai media pesan-pesan Ilahi.
Mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci kaum muslimin (al-Qur’an) di
dunia merupakan kebutuhan utama. Di samping itu mempelajari bahasa arab berarti
memperdalam agama Islam dari sumbernya yang asli.[2]
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan kehidupan
sosial, sebab pendidikan merupakan salah satu aspek sosial. Pendidikan tidak
terbatas pada pendidikan formal saja, melainkan juga pendidikan nonformal,
sebab pendidikan meliputi segala usaha sendiri atau usaha pihak luar untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, memperoleh ketrampilan dalam membentuk
sikap-sikap tertentu.[3]
Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan setiap masyarakat. Pemberian
informasi memang banyak macamnya ada yang secara formal dan non-formal, misal
di lembaga yang berada di bawah naungan Negeri, lain halnya dengan pendidikan
non-formal.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakutan melalui
pengalaman (learning is define as the modification or strengthening of
behavior through experiencing). Belajar merupakan suatu proses atau
kegiatan, bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi
juga mengalami. Hasil dari belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan pengubahan kelakuan.[4]
Dalam proses belajar mengajar, yang lebih utama yaitu seseorang yang mengajar,
karena yang menentukan hasil dari siswa adalah seorang guru yang mengajar. Oleh
karena itu, peranan guru dalam proses pembelajar menjadi sangat penting.[5]
Pada dasarnya setiap orang pernah malakukan
aktivitas belajar, namun terkadang mereka tidak menyadarinya, mengenai belajar
adapun pendapat dari Witting (1981) mengatakan, “learning is relativity
permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occure as a result
of experience”. Artinya bahwa belajar adalah perubahan yang relative
menetap yang terjadi dalam tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.[6]
Guru yang arif dapat membaca cerminan visualisasi
kondisi mental anak-anak asuhan yang hendak diberi pelajaran bahasa asing itu
(Arab) dan membayangkan asosiasi fikiran mereka. Untuk lebih menarik para siswa
dan agar aktivitas pembelajaran menjadi lebih hidup, perlu adanya media,
pembelajaran juga mengutamakan praktek lisan dan latihan-latihan percakapan, di
samping latihan menulis, membaca buku-buku dan dilanjutkan dengan praktek
mengarang.[7] Dalam
pembelajaran sebagai pendukung memang dibutuhkan media, namun tetap saja yang
paling mempengaruhi adalah guru dalam mata pelajaran tersebut, khususnya bahasa
Arab. Karena selain tugas guru memintarkan juga memberikan materi sampai siswa
bisa faham, karena setiap proses pembelajaran sangat dibutuhkan kepekaan
seorang guru terhadap para siswanya, bukan hanya memberikan materi saja.
Dalam hal ini, guru diangggap anak panah yang selalu
siap menerjang atau momok, karena murid cenderung untuk tidak mau bertemu
karena menganggap bahasa asing sebagai kesulitan. Dan buku menjadi sasara
kejengkelan yang sering dihempaskan secara kasar di atas meja. Bila murid berbuat
salah ketika menggunakan bahasa asing (Arab) ia merasa perih. Akibatnya, bahasa
dianggap suatu bebean. Biasanya, seorang yang diberi bebean cenderung untuk mau
menerimanya sedikit mungkin bahkan kalau perlu dibuang (dilupakan) karena ia inngin
menghindari kesulitan.[8] Berangkat
dari problematika tersebut, memang hingga saat ini banyak siswa yang masih
takut dengan mata pelajaran yang asing, terutama bahasa Arab, padahal mereka
belum mempelajarinya. Ketika siswa sudah mendengar mata pelajarannya pasti sudah
enggan mengenal, apalagi untuk mendalaminya. Disinilah peran guru dibutuhkan,
dalam proses pembelajaran dibuat semenarik mungkin untuk menarik siswa bisa
menyukai terlebih dahulu, baru mereka bisa dan termotivasi untuk mau belajar.
Masalah atau persoalan biasanya akan muncul jika ada
kesenjangan antara das sollen dan das sein; ada perbedaan antara
apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara apa yang
diperlukan dengan apa yang ada atau tersedia, antara harapan dan kenyataan; dan
sebagainya. Hanya saja sering kali kesenjangan mengenai teknologi dan
pengetahuan, informasi yang tersedia tidak cukup, dan teknologi yang tersedia
tidak memenuhi kebutuhan. Maka penelitian diharapkan dapat memecaahkan masalah
itu atau setidaknya-tidaknya dapat memperkecil kesenjangan itu.
Dalam mata pelajaran Bahasa Arab ini, masih ada
kesulitan yang dihadapi oleh siswa, dari arti atau penerjemahan bahasa Arab,
dan penulisan. Namun sejauh ini masih bisa berjalan pembelajaran bahasa Arab,
meski murid masih kesulitan karena guru selalu berusaha memberikan materi
dengan metode yang mudah seperti qiroah
dan diselingi yang lain.[9] Dalam
bahasa Arab, hingga saat ini menulis masih menjadi kesulitan siswa, terutama
dari latarbelakang yang masih di jilid Iqra, karena mereka belum belajar huruf
yang bersambung. Kesulitan dalam penerjemahan juga masih menjadi momok siswa.
Adanya kesulitan dalam belajar bahasa Arab ini berawal
dari siswa yang kurang minat, tidak menyukai, takut dengan mata pelajaran
bahasa Arab. Yang menjadi momok siswa itu penulisan aksara bahasa Arab, dan
menerjemahkaan bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Ketika pembelajaran sebenarnya
guru sudah memberikan penjelasan, dan kadang diselingi dengan nyanyian agar
bisa memahamkan siswa, namun tetap saja ketika diberi latihan soal masih belum
tahu arti dari mufrodat-nya. Mayoritas masih jilid Iqra, jadi masih
mengalami kesulitan ketika menulis.[10] Kemudian,
kaitannya problematika bahasa Arab ini dengan kesulitan siswa menulis dan
menerjemah bahasa Arab, sudah masalah classic yang menjadi momok di
sekolah-sekolah, atau madrasah-madrasah. Penulis ingin mengetahui
kesulit yang bagaimana dihadapi oleh siswa.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti
menemukan banyak problem yang dihadapi siswa diantaranya:
1.
Siswa mengalami kesulitan menulis
bahasa Arab
2.
Siswa masih kesulitan menerjemah
bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Dilihat dari problematika di atas, penulis lebih
tertarik untuk mengambil penelitian di kelas IV MI 1 Babakan, Kecamatan
Kalimanah Kabupaten Purbalingga. karena untuk mengetahui upaya mengurangi
kesenjangannya, kita harus mengetahui sebabnya terlebih dahulu dari yang paling
dasar. Dalam hal ini, perlu diingat kelayakan suatu masalah untuk diteliti
sangat bersifat relative, sebab tergantung pada konteksnya.
Akhirnya, dapat penulis tegaskan mengenai penelitian
ini, berbicara mengenai problematika pembelajaran bahasa Arab, yang akan
menjadi objek penelitian. Dari semua itu, penulis tertarik untuk menjadikan
Problematika siswa menulis dan menerjemah bahasa Arab sebagai objek penelitian
ini, penulis berharap dapat memecahkan masalah itu atau setidakya penulis dapat
memperkecil kesenjangannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
ditarik rumusan masalah yang hendak diteliti yaitu “Bagaimana kesulitan yang
dihadapi siswa dalam menulis dan menerjemah bahasa Arab di MIM 1 Babakan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga?”.
C. Kerangka Skripsi
HALAMAN JUDUL
HALAMAN NOTA PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Rumusan Masalah
B.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
C.
Tinjauan Pustaka
D.
Metode Penelitian
E.
Sistematika Penulisan
BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
A.
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
1.
Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab
2.
Tujuan Pembelajaran Bahasa Arab
3.
Metode Pembelajaran Bahasa Arab
4.
Problematika Belajar Bahasa Arab
B.
PROBLEMATIKA SISWA MENULIS DAN MENERJEMAH BAHASA ARAB
1.
Pengertian Problematika Menulis dan Menerjemah
2.
Tujuan Menulis dan Menerjemah
3.
Syarat-syarat Menulis dan Menerjemah
4.
Metode Menulis dan Menerjemah
5.
Problematika Siswa Menulis dan Menerjemah
BAB III GAMBARAN UMUM MIM 1
BABAKAN
A.
Letak Geografis
B.
Sejarah Singkat Berdirinya
C.
Visi dan Misi
D.
Struktur Organisasi
E.
Keadaan Guru dan Siswa
F.
Sarana dan Prasarana
BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA SISWA
MENULIS DAN MENERJEMAH BAHASA ARAB DI MIM 1 BABAKAN
A.
Penyajian dan Analisis Data
1.
Tujuan Belajar Bahasa Arab dan Kesulitan Menulis Bahasa Arab
2.
Kesulitan Siswa Menulis dan Menerjemah Bahasa Arab kelas IV MIM 1 Babakan
B.
Problematika Siswa Menulis dan Menerjemah Bahasa Arab
C.
Usaha Pemecahan Problematika Siswa Menulis dan Menerjemah Bahasa Arab
1. Upaya yang Dilakukan
Oleh Siswa
2. Upaya yang Dilakukan
Oleh Guru
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
C.
Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
D. Dosen Pembimbing
1. Munawir, S.Th.I. MSI
2. Drs, Atabik M.Ag.
3. H. Khoerul Amru Harahap,
MHI
DAFTAR PUSTAKA
Wa Muna, 2011.
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Yogyakarta: Teras.
Hermawan,
Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hamalik,
Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Sardiman,
2003. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Arsyad, Azhar.
2002. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Syaodih
Sukmadinata. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
[1]
Acep Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja
Rosydakarya, 2011), hlm. 87-88.
[2] Ibid,
hlm. 80.
[3]
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. (Bandung:
PT Remaja Rosydakarya, 2012), hlm. 75.
[4]
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2001).
Hlm. 27.
[5]
Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003). Hlm. 47.
[6] Acep
Hermawan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung: PT Remaja
Rosydakarya, 2011). Hlm. 30.
[7] Wa
Muna. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Yogyakarta: Teras), hlm. 89
.
[8] Azhar
Arsyad. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), hlm 31-32.
[9] Sumber:
Wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah. Pak Ardi. Diambil hari Senin. 31 Juli
2012.
[10] Sumber:
Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran. Ibu Eni Yuliati. Diambil hari Kamis. 11
oktober 2012.